Menegakkan Kembali Perilaku Gotong – Royong Sebagai Katarsis Jati Diri Bangsa

Authors

  • Kukuh Setyo Pambudi Universitas Pertahanan
  • Dwi Sri Utami Universitas Negeri Malang

DOI:

https://doi.org/10.31764/civicus.v8i2.2735

Keywords:

perilaku gotong royong, jati-diri bangsa, Pendidikan karakter

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perilaku gotong-royong sebagai katarsis jati diri bangsa yang tengah banyak ditinggalkan. Metode penelitian yang dipakai adalah kualitatif deskriptif dengan kajian pustaka sebagai tulang punggung utama pengumpulan data. Saat ini identitas Budaya Kolektif dari bangsa Indonesia mulai luntur. Tren meninggalkan budaya kolektif juga semakin kuat jika melihat tren masyarakat yang mulai abai dengan kepentingan Umum dan lebih mementingkan kepentingan pribadi. Oleh karena itu mengembalikan masyarakat pada Jati Diri dan nilai bangsanya menjadi sangat krusial. Perilaku gotong – royong yang pada jaman dahulu menjadi roh budaya kolektif agaknya dapat ditegakkan lagi. Perilaku gotong – royong merupakan perilaku saling membantu, bentuk solidaritas dan sinergi antar masyarakat. Perilaku ini dapat menjadi strategi meningkatkan kembali nilai – nilai. Kolektivitas yang mulai luntur. Menegakkan kembali perilaku gotong – royong yang pernah menjadi ruh pemersatu bangsa yang dulu pernah ada, akan dapat menjadi katarsis untuk mengembalikan budaya bangsa. Oleh karena itu nilai – nilai dan perilaku gotong royong harus ditegakkan kembali guna mengembalikan Jati Diri Bangsa Indonesia ke arah yang seharusnya.

 

This study aims to describe the behaviour of cooperation as a catharsis of national identity that is being largely abandoned. The research method used is descriptive qualitative with literature review as the main backbone of data collection. Currently, the collective cultural identity of the Indonesian nation is starting to fade. The trend of leaving a collaborative culture is also getting more assertive if you look at the trend in society that is beginning to ignore the public interest and prioritize personal interests. Therefore, returning society to the identity of its nation and the value of its people is very crucial. It seems that the cooperation behaviour, which in ancient times became the spirit of a collective culture, can be reinforced. Cooperation behaviour is the behaviour of mutual help, a form of solidarity and synergy between communities. This behaviour can be a strategy to increase the collectivity values that are starting to wear off. Re-enforcing the cooperation behaviour that was once the unifying spirit of the nation that once existed, will be a catharsis to restore the nation's culture. Therefore, the values and behaviour of cooperation must be re-enforced to return the Indonesian National Identity to the direction it should be.

Author Biographies

Kukuh Setyo Pambudi, Universitas Pertahanan

Damai dan Resolusi Konflik, Universitas Pertahanan

Dwi Sri Utami, Universitas Negeri Malang

Fakultas Pendidikan Psikologi, Universitas Negeri Malang

References

M. A. Mustaqim, “Eksistensi Budaya Gotong Royong (Studi Tentang Makna Perubahan Budaya Gotong Royong Di Desa Kedungsoko Kecamatan Plumpang Kabupaten Tuban Dalam Perspektif Konstruksi Sosial).†UNIVERSITAS AIRLANGGA, 2013.

C. Geertz, Abangan, santri, priyayi: dalam masyarakat Jawa, no. 4. Pustaka Jaya, 1983.

Subagyo, “Pengembangan Nilai dan Tradisi Gotong Royong dalam Bingkai Konservasi Nilai Budaya,†Indones. J. Conserv., vol. 1, no. 1, 2012.

M. B. Miles, A. M. Huberman, and J. Saldaña, “Qualitative data analysis: A methods sourcebook. 3rd.†Thousand Oaks, CA: Sage, 2014.

A. Marzali, Antropologi & Pembangunan Indonesia. Prenada Media, 2016.

A. W. Dewantara, “Gotong-royong menurut Soekarno dalam perspektif aksiologi Max Scheler, dan sumbangannya bagi nasionalisme Indonesia.†Universitas Gadjah Mada, 2016.

D. Mardiasmo and P. H. Barnes, “Community response to disasters in Indonesia: Gotong Royong; a double edged-sword,†in Proceedings of the 9th annual international conference of the international institute for infrastructure renewal and reconstruction, 2015, pp. 301–307.

I. Suprihatin, “Perubahan perilaku bergotong royong masyarakat sekitar perusahaan tambang batu bara di Desa Mulawarman, Kecamatan Tenggarong Seberang,†Fak. Ilmu Sos. dan Ilmu Polit. Univ. Mulawarman, Kutai Kartanegara, 2014.

Y. Hanafi, “Model Pendidikan Pesantren Yang Toleran dan Inklusif Berbasis Culture of Peace Education Sebagai Upaya Mengikis Radikalisme Atas Nama Agama,†Dalam J. LP3. Univ. Negeri Malang, 2016.

J. R. Bowen, “On the political construction of tradition: Gotong Royong in Indonesia,†J. Asian Stud., pp. 545–561, 1986.

S. Munawaroh, “Pascagempa Intensitas Gotong Royong Semakin Tinggi,†Sej. dan Budaya Jawa, p. 1, 2006.

H. J. De Blij, P. O. Muller, and J. Nijman, Geography: realms, regions, and concepts. New YorkWiley, 2014.

S. Azwar, “Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, Edisi ke-2,†Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2007.

B. S. Pamungkas, “Peranan Pemuda Karang Taruna dalam Kegiatan Gotong Royong Masyarakat (Studi Kasus Masyarakat Desa Kerjo Kidul, Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Wonogiri),†Sos. (Jurnal Ilm. Pend. Sos-Ant), vol. 3, no. 1, 2013.

T. N. Effendi, “Budaya Gotong Royong Masyarakat dalam Perubahan Sosial Saat Ini,†J. Pemikir. Sosiol., vol. 2, no. 1, pp. 1–17, 2013.

Downloads

Published

2020-10-12