PERILAKU MENCONTEK SEBAGAI INDIKASI GAGALNYA EFIKASI DIRI (Self Efficacy) ANAK DALAM PEMBELAJARAN

Authors

  • Muhammad Nizaar Universitas Muhammadiyah Mataram

DOI:

https://doi.org/10.31764/elementary.v1i1.140

Keywords:

1. Perilaku Mencontek 2. Efikasi Diri (self efficacy)

Abstract

Kebiasaan mencontek dijumpai sebagai sesuatu yang lumrah dan dibiarkan begitu saja oleh guru sehingga jarang menjadi pembahasan dalam agenda evaluasi pembelajaran. Mencontek merupakan manifestation of using illegitimate means to achive a legitimate end. Permasalahan mencontek merupakan masalah yang serius karena akan terus terbawa sampai masuk dunia kerja sehingga dibutuhkan self efficacy yaitu kepercayaan diri dalam proses pembelajaran di kelas. Hal ini sangat penting karena self efficacy berfungsi sebagai; (1) membangun komitmen yang kuat, (2) mendorong untuk melakukan tindakan-tindakan terencana untuk meraih cita-cita, (3) memicu keberanian menghadapi tantangan tugas dan ujian, dan (4) menghindarkan anak dari sikap yang akan menggagalkan cita-cita. Perlu dilakukan pendekatan psikologis sesuai dengan konsep yang dikemukakan oleh Albert Bandura serta penanaman nilai karakter religiusitas self efficacy mengacu pada Al Qur’an Surat Ali Imran ayat 139. Kesempatan mencontek lahir dari ketidakwaspadaan pengawas serta adanya motivasi kondisi tertekan yang mengharuskan anak mendapat nilai bagus. Kebiasaan ini didukung pula oleh adanya dukungan media sosial dan website yang memberikan trik mencontek yang aman dan selamat, misalnya melalui facebook, limakaki.wordpress.com, munsypedia.com, caranyontek.blogspot.com, tololpedia.com, dll. Hasil kajian penulis, ada dua bentuk aktifitas belajar yang mengancam efikasi diri anak, yaitu; (1) guru sering memberikan hukuman yang membuat anak malu. Hukuman justru akan melahirkan legitimasi negatif sosial sebaya. Sebaiknya menggunakan hukuman sinaas apple yang diistilahkan oleh Jan Ligthart. (2) guru kurang menciptakan peluang siswa untuk aktif. Hal ini disebabkan adanya dominansi guru sebagai pemegang kontrol yang tidak ingin diganggu dengan pertanyaan dan respon siswa. Dengan demikian perlu adanya perubahan mind set guru, orangtua, dan lingkungan sosial sesuai dengan hasil kajian ini.

References

Armstrong, Thomas. 2002. Setiap Anak Cerdas . Panduan Membantu Anak Memanfaatkan Multiple Intelegence (terj.). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Hergenhahn & Olson. 2008. Teories of Learning (terj.) oleh Tri Wibowo. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Triantoro Safaria. 2008. Successful Intelligence. Yogyakarta: Arti Bumi Intaran.

Jess dan Gregory J. Feist. 2010. Teories of Personality (terj.) oleh Smita Prathita Sjaputri. Jakarta: Salemba Humanika.

Susanto Andrian. UU Perlindungan Anak: Derita Guru. http://edukasi.compasiana.com/2012/11/08/uu-perlindungan-anak-derita-guru.html.

Downloads

Published

2018-02-01

Issue

Section

Articles