KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT KERAJAAN PEKAT PASCA LETUSAN GUNUNG TAMBORA TAHUN 1815 DI KECAMATAN PEKAT KABUPATEN DOMPU
DOI:
https://doi.org/10.31764/historis.v3i1.1376Keywords:
Kehidupan social, Ekonomi, Kerajaan Pekat, Pasca letusan gunung Tambora tahun 1815.Abstract
Abstrak: Kerajaan Pekat merupakan salah satu dari tiga kerajaan yang tertimbun oleh letusan Gunung Tambora pada tahun 1815. Wilayah bekas kerajaan Pekat sekarang sudah ditempati kembali setelah lama tidak terpakai. Maka dari itu, perlu diteliti apa yang menyebabkan runtuhnya kerajaan Pekat pada tahun 1815, bagaimana kehidupan sosial ekonomi masyarakat kerajaan Pekat pasca letusan gunung Tambora, serta apa saja yang menjadi peninggalan dari kerajaan Pekat. Penelitian ini bertujuan untuk mendetulisankan dan menjelaskan penyebab runtuhnya kerajaan Pekat pasca letusan gunung Tambora, dan bagaimanakah kehidupan sosial ekonomi dari masyarakat kerajaan Pekat pasca letusan gunung Tambora, serta untuk mengetahui peninggalan-peninggalan dari kerajaan Pekat. Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif.Lokasi penelitian bertempat di Kecamatan Pekat Kabupaten Dompu.Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi.Teknik analisis data; 1) reduksi data, 2) penyajian dan 3) penarikan kesimpulan. Kesimpulannya yakni, kerajaan Pekat adalah salah kerajaan yang hilang saat kejadian meletusnya gunung Tambora pada tahun 1815, dengan jumlah penduduknya yang paling banyak tertimbun dibandingkan dengan kerajaan Sanggar dan kerjaan Tambora. Pekat sendiri berasal dari kata Papekat yang berarti “burung kakak tuaâ€. Bekas wilayah dari kerajaan Pekat sekarang sudah ditempati setelah lama tidak terpakai pasca letusan Tambora 1815, dan diberi nama dengan nama yang sama dari kerajaan Pekat yaitu Kecamatan Pekat. Kecematan Pekat ditempati oleh berbagai macam suku, dan mata pencaharian mereka pun berbeda-beda. Kehidupan sosial ekonomi masyarakatnya begitu baik dan maju. Adapun peninggalan yang merupakan bukti nyata akan keberadaan kerajaan Pekat di Pulau Sumbawa yang sampai saat ini masih terjaga kelestariannya yakni; 1) tare/Nampan, 2) peti emas, 3) tempat rempah dan penumbuk sirih, dan 4) tempat rempah-rempah.
Abstract: The concentrated kingdom was one of three kingdoms that were buried by the eruption of Mount Tambora in 1815. The territory of the former concentrated kingdom is now reoccupied after a long unused. Therefore, it should be examined what caused the collapse of the concentrated kingdom in 1815, how the social economic life of the people of the concentrated Kingdom post the eruption of Mount Tambora, as well as anything that became a relic of the concentrated kingdom. This research aims to Mendetulisankan and explain the cause of the collapse of the concentrated kingdom after the eruption of Mount Tambora, and how the socio-economic life of the people of the concentrated Kingdom post the eruption of Mount Tambora, and to know the relics of the dense kingdom. This method of research uses qualitative methods of descriptive. The research site is located in concentrated district of Dompu district. Data collection techniques using observation techniques, interviews, and documentation. Data analysis techniques; 1) data reduction, 2) presentation and 3) withdrawal of conclusion. In conclusion, the concentrated kingdom is one of the kingdoms lost in the event of the eruption of Mount Tambora in 1815, with the most populous population buried in comparison with the Kingdom of Sanggar and the work of Tambora. Concentrated itself is derived from the word Papekat which means "old bird". The former territory of the concentrated Kingdom is now occupied after a long unused post-eruption of Tambora 1815, and was given the name of the same name from the concentrated kingdom of the concentrated district. Concentrated jealousy is occupied by a wide variety of tribes, and their livelihoods also vary. The socio-economic life of the people is so good and advanced. The relic that is the apparent evidence of the existence of the concentrated kingdom on Sumbawa Island is still preserved in its sustainability, namely; 1) tare/tray, 2) Gold crates, 3) place spices and betel nut, and 4) place spices.References
Brahmantyo. (2014). Tambora Menyapa Dunia. Bandung: Museum Geologi.
Heryadi, R., dkk. (2014). Tambora Menyapa Dunia. Bandung: Museum Geologi.
Rachmat, R., dkk. (2014). Tambora Menyapa Dunia. Bandung: Museum Geologi.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Taufan, I.N. (2015). Tambora Sampai Ke Kita. Bima: Museum Kebudayaan Samparaja Bima.
Zuldafrial. (2012). Penelitian Kualitatif. Surakarta: Yuma Pustaka.
Downloads
Published
Issue
Section
License
In submitting the manuscript to the journal, the authors certify that:
- Authors are authorized by their co-authors to enter into these arrangements.
- The work described has not been formally published before, except in the form of an abstract or as part of a published lecture, review, thesis, or overlay journal. Please also carefully read Publication Ethics
- That it is not under consideration for publication elsewhere,
- That its publication has been approved by all the author(s) and by the responsible authorities – tacitly or explicitly – of the institutes where the work has been carried out.
- Authors secure the right to reproduce any material that has already been published or copyrighted elsewhere.
- Authors agree to the following copyright agreement.
Authors who publish with Historis : Jurnal Kajian, Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Sejarah agree to the following terms:
- Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution License (CC BY-SA 4.0) that allows others to share the work with an acknowledgment of the work's authorship and initial publication in this journal.Â
- Authors are able to enter into separate, additional contractual arrangements for the non-exclusive distribution of the journal's published version of the work (e.g., post it to an institutional repository or publish it in a book), with an acknowledgment of its initial publication in this journal.
- Authors are permitted and encouraged to post their work online (e.g., in institutional repositories or on their website) prior to and during the submission process, as it can lead to productive exchanges, as well as earlier and greater citation of published work.