MAKNA FILOSOFIS MAJA LABO DAHU DAN PENGARUHNYA TERHADAP KARAKTER MASYARAKAT BIMA PADA MASA PEMERITAHAN SULTAN MUHAMMAD SALAHUDDIN 1917-1951
DOI:
https://doi.org/10.31764/historis.v3i2.1385Keywords:
Makna Filosofi, Maja Labo Dahu, Karakter.Abstract
Abstrak: Propinsi Nusa Tenggara Barat terdapat dua pulau besar (Pulau Sumbawa dan Pulau Lombok), Pulau tersebut dihuni oleh tiga suku (Suku Mbojo, Suku Samawa dan Suku Sasak), yang menjadi etnis dominan Masyarakat Nusa Tenggara Barat. Suku Mbojo dan Suku Sumbawa mendiami pulau Sumbawa, sedangkan suku Sasak menyebar di seluruh Pulau Lombok.Sebagaimana suku bangsa secara universal, ketiga suku di NTB tersebut memiliki semboyan dan falsafat hidup dan budaya yang berbeda tetapi masing-masing mengandung nilai-nilai luhur dan mengakar dalam kehidupan Masyarakatnya. Suku Mbojo system nilai budaya Maja Labo Dahu, suku Sumbawa mempunyai budaya Sabalong Samalewa, dan suku Sasak terkenal dengan budayanya Patut Patuh Patju. Budaya Bima sebagai perisai kehidupan yang paling menonjol adalah budaya†Maja labo Dahuâ€. Sebuah Simbol yang dibudayakan agar menjadi benteng dan tindakan seseorang dalam kehidupan yang dapat memberikan petunjuk untuk menetapkan tentang tindakan yang baik atau buruk, Demikian ‘Maja labo dahu’ sebagai sebuah sistem nilai budaya masyarakat Bima pada masa pemeritahan sultan Muhammad Salahuddin 1917 - 1951 dan suku Mbojo pada umumnya. Penelitian tentang makna filosofi Maja Labo Dahu ini dilakukan dengan menggunakan metode Penelitian kualitatif, dengan pendekatan Etnografi, teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi.Temuan yang dihasilkan berupa data-data yang mendukung untuk karya ilmiah yang berupa hasil Observasi, berbagai data dari hasil wawancara objek penelitian beserta dokumentasi yang berkaitan dengan makna filosofi Maja Labo Dahu. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari beberapa Informan maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa Maja Labo Dahu sebagai falsafah kehidupan Masyarakat Bima yang memberikan efek yang positif terhadap karakter masyarakat ketika pesan-pesan moralnya di pahami seutuhnya oleh Masyarakat Bima, Maja Labo Dahu yang berarti “Malu dengan Takutâ€, secara leksikal “Maja†berarti Malu, “Labo†berarti dengan dan bisa juga diartikan sebagai dan, kemudian “Dahu†yang berarti takut. Dengan demikian Maja labo Dahu memiliki arti ‘Malu dan Takut’. Sedangkan secara filosofis “Maja Labo Dahu†bermakna: Pertama, Maja; dikonsepsikan sebagai sebuah sikap moral manusia untuk merasa ‘Malu’ terhadap tindakan yang menyimpang, atau melanggar hukum baik hukum Agama, hukum Negara dan etika sosial-budaya yang mencerminkan kearifan lokal sebuah komunitas Masyarakat.
Abstract: Â West Nusa Tenggara Province there are two major islands (Sumbawa Island and Lombok Island), the island is inhabited by three tribes (tribe Mbojo, Samawa tribe and Sasak tribe), which became the dominant ethnic of West Nusa Tenggara Society. The tribe of Mbojo and Sumbawa people inhabit Sumbawa Island, while the Sasak tribe spreads throughout the island of Lombok. As the nation universally, the three tribes in the NTB have the motto and Falsafat of life and different cultures but each Contains sublime values and is rooted in the lives of his people. The tribe Mbojo system of the culture value of Maja Labo Dahu, the Sumbawa tribe has a culture of Sabalong Samalewa, and the Sasak tribe is well known for its cultures to obey Patju. Bima's culture as the most prominent shield of life is the "Maja Labo Dahu" culture. A symbol that is cultivated in order to become a fortress and the actions of a person in life who can give clues to establish about the action of good or bad, thus ' Maja Labo Dahu ' as a system of culture value of Bima people in The tenure of Sultan Muhammad Salahuddin 1917-1951 and Mbojo in general. The study of the philosophy of Maja Labo Dahu is done using qualitative research methods, with ethnographic approaches, observation techniques, interviews, and documentation. Findings resulting in the form of data that supports for scientific work that is the result of observation, various data from the results of interviews of research objects along with documentation relating to the meaning of the philosophy of Maja Labo Dahu. Based on the results of the research obtained from several informant, researchers can conclude that Maja Labo Dahu as the philosophy of life of Bima society that gives positive effect to the character of society when his moral messages in Fully understood by Bima Society, Maja Labo Dahu which means "Shame with fear", lexical "Maja" means shame, "Labo" means with and can also be interpreted as and, then "Dahu" which means fear. So Maja Labo Dahu means ' shame and fear '. While the philosophical "Maja Labo Dahu" means: First, Maja; Conceptualed as a moral attitude of man to feel ' shame ' on a distorted act, or violate the laws of both religious law, state law and socio-cultural ethics reflecting the local wisdom of a community.References
Tajib, Abdullah. (1995). Sejarah Bima Dana Mbojo. Jakarta: PT. Harapan Masa.
Abdul, Muhamad. (2010). Tutur Kata Yang Di Peroleh Dari Dari Pada Tetua Dan Ex Perangkat Kesultanan Bima. Bima: Pemerintahan Dati II Bima.
Hasnun. (2006). Bima dengan falsafah Maja Labo Dahu. Jakarta: Gramadia.
Handayani, Usri Indah. (2004). Peninggalan sejarah dan kepurbakalaan NusaTenggara Barat. Mataram: Museum Negeri NTB.
Loir, Henry Chambert. (1982). Arsip-Arsip Dokumen Penting Tentang Muhamad Sallahudin Dana Mbojo. Jakarta: Gramadia.
Loir, Henry Chambert. (2004). Kerajaan Bima Dalam Sastra Dan Sejarah. Jakarta: Gramadia.
Mariam, Siti. (2004). Hukum Adat Undang-Undang Bandar Bima . Mataram: Gunung Agung.
Lukman, lalu. (2005). Kabupatenbima dalam sejara dii tinjau dari aspek budaya. Mataram: Pemerintahan daerah provinsi Nusa tenggara Barat.
Maran, Rafael Raga. (2000). Manusia dan kebudayaan dalam prespektif ilmu budayadasar. Jakarta: Rhineka Cipta.
Miles, Matthw B. (2014). Analisis Data Kualitatif, Jakarta: Universitas Indonesia.
Ismail, M. Hilir. (2004). Peranan Kasultanan Bima Dalam Perjalanan Sejarah . Mtaram: Gunung Agung.
Parimartha, I Gde. (2002). Perdagangan politik di nusa tenggara 1815 – 1915. Jakarta: Djambatan.
Notosusanto, Nugroho, dkk. (1978). Sejarah Nasional Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Ritzer, George dan Douglas J. Goodman. (2004). Teori sosiologi moderm. Jakarta: Prenada Media.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian, Pendekatan Kualitatif, Kualitaf dan R &D. Bandung: Alfabeta.
Salam, Solichin. (1992). Bima dalam cerita, sejarah dan Masa Depan. Jakatra: Kuning Mas.
Sobur, Alex, (2006). Semiotika Komonikasi.. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Soekadidjo, R.G. (2000). Anatomi Pariwisata. Memahami Pariwisata sebagai Systemic Lingkage. Jakarta: Gramedia.
Soekanto, Soerjono. (1982). Teori Sosiologi Tentang Pribadi Dalam Masyarakat. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Downloads
Published
Issue
Section
License
In submitting the manuscript to the journal, the authors certify that:
- Authors are authorized by their co-authors to enter into these arrangements.
- The work described has not been formally published before, except in the form of an abstract or as part of a published lecture, review, thesis, or overlay journal. Please also carefully read Publication Ethics
- That it is not under consideration for publication elsewhere,
- That its publication has been approved by all the author(s) and by the responsible authorities – tacitly or explicitly – of the institutes where the work has been carried out.
- Authors secure the right to reproduce any material that has already been published or copyrighted elsewhere.
- Authors agree to the following copyright agreement.
Authors who publish with Historis : Jurnal Kajian, Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Sejarah agree to the following terms:
- Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution License (CC BY-SA 4.0) that allows others to share the work with an acknowledgment of the work's authorship and initial publication in this journal.Â
- Authors are able to enter into separate, additional contractual arrangements for the non-exclusive distribution of the journal's published version of the work (e.g., post it to an institutional repository or publish it in a book), with an acknowledgment of its initial publication in this journal.
- Authors are permitted and encouraged to post their work online (e.g., in institutional repositories or on their website) prior to and during the submission process, as it can lead to productive exchanges, as well as earlier and greater citation of published work.