KOLU LANU SEBAGAI UPACARA TOLAK BALA PADA MASYARAKAT ADAT JAWAMAGHI DI DESA SOBO KECAMATAN GOLEWA BARAT KABUPATEN NGADA
DOI:
https://doi.org/10.31764/historis.v6i1.6818Keywords:
Kolu lanu, Jawamaghi Indigenous, Peoples.Abstract
Abstrak: Pulau Flores memiliki berbagai upacara adat, khususnya pada masyarakat adat Jawamaghi di Desa Soba memiliki berbagai upacara untuk tolak bala. Salah satu upacara tolak bala pada masyarakat adat Jawamaghi adalah upacara Kolu Lanu. Upacara kolu lanu dilakukan oleh pasangan suami atau istri yang pernah menikah dan mau menikah lagi. Upacara ini dilakukan dengan tujuan agar anak-anak dari hasil perkawinan yang pertama tidak kena tula yaitu gena lanu atau kena lanu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana proses pelaksanaan upacara kolu lanu, dan makna apa saja yang terkandung dalam upacara kolu lanu?. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data dilakukan melalui reduksi data, pemaparan data,dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitiaan menujukkan bahwa upacara kolu lanu masih tetap dijalankan oleh pasangan suami atau istri yang pernah menikah dan ingin menikah lagi. Bagi masyarakat adat Jawamaghi di Desa Sobo, upacara ini wajib dilakukann agar anak-anak dari hasil perkawinan yang pertama tidak kena tula atau gena lanu. Dan bagi anak-anak dari hasil perkawinan pertama sudah boleh menerima barang-barang pemberian dari bapak atau mama yang baru. Bagi masyarakat adat Jawamaghi upacara kolu lanu memiliki makna yaitu makna regius, makna sosial dan makna keharmonisan.
Abstract: Flores Island has a variety of traditional ceremonies, especially in the Jawamaghi people in Soba Village has various ceremonies to reject bala. One of the repulsion ceremonies in the Jawamaghi indigenous people is the Kolu Lanu ceremony. Kolu lanu ceremony is done by a married couple who have been married and want to marry again. This ceremony is done with the aim that the children of the first marriage do not get tula namely gena lanu or kena lanu. The purpose of this research is to know how the process of conducting kolu lanu ceremony, and what meanings are contained in the ceremony kolu lanu?. This research uses the qualitative method, data collection techniques are done through observation, interview, and documentation. Data analysis techniques are carried out through data reduction, data exposure, and conclusion drawing. The results of the research showed that the kolu lanu ceremony is still carried out by married couples who have been married and want to marry again. For the Jawamaghi indigenous people in Sobo Village, this ceremony must be done so that the children from the first marriage do not get tula or gena lanu. And for children from the first marriage can already receive gifts from the new father or mother. For the indigenous people of Jawamaghi kolu lanu ceremony has the meaning of regius, social meaning, and the meaning harmony.
References
Bangun, E. A. (2016). Makna Simbolis Upacara Cawir Bulung pada Masyarakat Suku Karo di Desa Seberaya Kecamatan Tigapanah. Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial Dan Budaya (Journal of Social and Cultural Anthropology), 2(2), 144–150.
Geertz, C. (1992). Agama dan Kebudayaan. Kanisius.
Hasbullah, H., Toyo, T., & Pawi, A. A. A. (2017). Ritual Tolak Bala Pada Masyarakat Melayu (Kajian Pada Masyarakat Petalangan Kecamatan Pangkalan Kuras Kabupaten Pelalawan). Jurnal Ushuluddin, 25(1), 83–100.
Herimanto, W. (2012). Ilmu sosial & Budaya Dasar. jakarta: Bumi Aksara; 2012.
Kleden-Probonegoro, N. (2008). Ritus ruwat: Esensialisme baru dalam politik kebudayaan Indonesia. Jurnal Masyarakat Dan Budaya, 10(1), 1–26.
Koentjaraningrat. (2005). Pengantar antropologi. Rineka Cipta.
Lowie. (2012). Dasar-Dasar Antropologi. Moya Zam-Zam Pristika.
Moleong, L. J. (2016). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda.
Satyananda, I. M., Sanjaya, I. P. K., Dwikayana, K., & Nitbani, S. H. (2013). Kearifan lokal suku Helong di Pulau Semau, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Balai ….
Soyomukti, N. (2010). Pengantar sosiologi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Sugiyono. (2013a). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. In Bandung: CV Alfabeta.
Sugiyono. (2013b). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitaif, Kualitatif, dan R&DSugiyono. 2013. “Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitaif, Kualitatif, dan R&D.†Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitaif, Kualitatif, dan R&D. https://doi.org/10.1. In Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitaif, Kualitatif, dan R&D. https://doi.org/10.1007/s13398-014-0173-7.2
Suratman, M., & Salamah, U. (2015). Ilmu Sosial Budaya Dasar. Intimedia, Malang.
Downloads
Published
Issue
Section
License
In submitting the manuscript to the journal, the authors certify that:
- Authors are authorized by their co-authors to enter into these arrangements.
- The work described has not been formally published before, except in the form of an abstract or as part of a published lecture, review, thesis, or overlay journal. Please also carefully read Publication Ethics
- That it is not under consideration for publication elsewhere,
- That its publication has been approved by all the author(s) and by the responsible authorities – tacitly or explicitly – of the institutes where the work has been carried out.
- Authors secure the right to reproduce any material that has already been published or copyrighted elsewhere.
- Authors agree to the following copyright agreement.
Authors who publish with Historis : Jurnal Kajian, Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Sejarah agree to the following terms:
- Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution License (CC BY-SA 4.0) that allows others to share the work with an acknowledgment of the work's authorship and initial publication in this journal.Â
- Authors are able to enter into separate, additional contractual arrangements for the non-exclusive distribution of the journal's published version of the work (e.g., post it to an institutional repository or publish it in a book), with an acknowledgment of its initial publication in this journal.
- Authors are permitted and encouraged to post their work online (e.g., in institutional repositories or on their website) prior to and during the submission process, as it can lead to productive exchanges, as well as earlier and greater citation of published work.