Peningkatan Peran Pendakwah Perempuan di Masyarakat di Desa Sananwetan Kecamatan Sananwetan Kota Blitar Analisis Teori Kelompok Bungkam (Muted Group Theory) dan Teori Feminisme

Authors

  • Nurliya Ni’matul Rohmah Universitas Muhammadiyah Mataram

DOI:

https://doi.org/10.31764/jail.v1i2.228

Keywords:

Pendakwah Perempuan, Teori Kelompok Bungkam, Feminisme

Abstract

Abstrak:   Fokus penelitian ini adalah bagaimana nilai seorang pendakwah perempuan dalam dakwah Islam serta peran pendakwah perempuan dalam peningkatan dakwah Islam di desa Sananwetan kecamatan Sananwetan kota Blitar? Untuk mengidentifikasi permasalahan tersebut secara mendalam dan menyeluruh, peneliti menggunakan paradigma penelitian fenomenologi. Adapun pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, karena penelitian ini berusaha menangkap dan memahami realitas sosial ataupun fenomena yang ada. Selain itu tujuan penulis dalam penelitian ini adalah ingin mengetahui nilai seorang pendakwah perempuan serta perannya dalam peningkatan dakwah Islam di desa Sananwetan yang dianalisis menurut teori kelompok bungkam dan feminisme. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui 3 cara, yakni dengan metode wawancara, observasi dan studi dokumentasi serta didukung dengan menggunakan teknik sosiometri. Syari’at Islam memberikan kewajiban yang sama kepada laki-laki dan perempuan untuk menjalankan dakwah. Meskipun dalam stratafikasi tanggung jawab berbeda. Perjuangan pendakwah perempuan di desa Sananwetan untuk meningkatkan perannya dalam dakwah agar seimbang dengan para pendakwah laki-laki di masyarakat desa Sananwetan, pada awalnya kurang dapat diterima oleh masyarakat desa Sananwetan itu sendiri. Mereka terbungkam secara psikologis oleh suami dalam batasan waktu dan wilayah dakwah, serta budaya masyarakat yang kurang berkenan dengan adanya seorang pendakwah perempuan. Pada akhirnya, dalam penelitian ini ditemukan bahwa setelah adanya gerakan feminisme pendakwah perempuan yang dikembangkan oleh Ibu Salamah dalam kegiatan khataman al-Qur’an dan peduli kasihnya serta Ibu Utami dalam kegiatan arisan qurbannya, menjadikan nilai mereka sebagai seorang pendakwah perempuan terangkat di mata masyarakat. Sehingga peranan mereka dalam dakwah sudah dianggap setara sebagai pendamping ataupun mitra bagi pendakwah laki-laki dan kaum laki-laki lainnya tidak hanya dalam dakwah, namun juga pada ranah yang lain. Penelitian ini belumlah sempurna, untuk itu peneliti membutuhkan saran-saran mendukung sebagai rekomendasi penelitian ke depan.

 

Abstract :  Focus of this research is how the value of a women preachers in Islamic da'wah and the role of women preachers in increasing Islamic da'wah in Sananwetan village, Sananwetan sub-district, Blitar city? To identify the problems deeply and thoroughly, the researcher uses a phenomenological paradigm research. Approached used is a qualitative approach, because this research seeks to capture and understand the social reality or existing phenomena. In addition, the author's purpose in this research is to know the value of a women preacher and her role in increasing Islamic da'wah in the village of Sananwetan analyzed according to the theory of silence group and feminism. The data in this research is obtained through 3 ways ie by interview method, observation and documentation study and supported by using sociometric technique. Islamic Shari'ah gives the same obligation to men and women to carry out da'wah. Even though the stratafication of responsibilities is different. The struggle of women preachers in Sananwetan village to increase their role in da'wah to be balanced with male preachers in Sananwetan village community was initially less acceptable to the people of Sananwetan village itself. They are psychologically silenced by husbands within the timeframe and dakwah area, as well as the culture of the people who are less pleased with the presence of women preachers. In the end, in this research found that after the movement of feminism of women preachers developed by Mrs. Salamah in activity of khataman al-Qur'an with her caring and love and Mrs. Utami in arisan qurban activity, made their value as a woman preacher lifted in society eye. So, their role in da'wah is considered equal as a companion or partner for the preacher of men and not only in da'wah, but also in other realms. This research is not perfect yet, for that researchers need supportive suggestions as research recommendations in the future.

Downloads

Published

2018-03-03

Issue

Section

Articles