Dakwah Bil-Hikmah: Membangun Etos Kerja Islami Dalam Masyarakat Priyayi Jawa (Analisis Pegawai Pemerintahan Kelurahan Bangetayu Kulon, Kecamatan Genuk)

Authors

  • Ulfatun Hasanah Universitas Islam Negeri Walisongo

DOI:

https://doi.org/10.31764/jail.v1i2.233

Keywords:

Dakwah, Bil-Hikmah, Budaya, Etos Kerja Islami, Priyayi Jawa

Abstract

Abstrak:  Dakwah adalah bagian yang pasti ada dalam kehidupan umat beragama. Salah satu ajaran Islam, dakwah merupakan kewajiban yang dibebankan agama kepada pemeluknya. Dakwah intinya mengajak kepada kebaikan (amar makruf). Salah satu metode dakwah yang dipakai adalah dakwah bil-hikmah. Dakwah bil-hikmah berarti dakwah bijak, dengan memperhatikan kadar pemikiran dan intelektual, suasana psikologis, serta situasi sosial kultural mad’u. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Clifford Geertz dengan tiga varian, santri, abangan, dan priyayi. Mula-mula, priyayi adalah mereka yang memiliki garis keturunan dengan raja atau adipati (dalam bahasa Jawa, priyayi adalah para yayi atau para adik raja), namun dengan perkembangan zaman lahirlah priyayi baru. Tujuan penelitian untuk melihat gambaran dakwah bil-hikmah: membangun etos kerja Islami dalam masyarakat priyayi, penelitian pada pegawai pemerintahan di Kelurahan Bangetayu Kulon, Kecamatan Genuk. Dengan adanya etos kerja Islami pada masyarakat priyayi di Kelurahan Bangetayu Kulon, Kecamatan Genuk diharapkan dapat berdampak positif terhadap kinerja pegawai pemerintahan. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkann juga mendapatkan gambaran model dakwah yang lebih inovatif untuk masyarakat priyayi Jawa.

 

Abstract : Da'wah is something that must exist in the life of religious people. One of the teachings of Islam, da'wah is a duty that is charged to the followers of islam. Its main mission invites people do good things (amar makruf). One of the da'wah method used is da'wah bil-hikmah (da’wah wisdomly). Da'wah bil-hikmah means dakwah full of wisdom, with attention to the level of thought and intellectual, psychological aura, and cultural social situation of mad'u (listener). As Clifford Geertz puts it with three variants, santri, abangan, and priyayi. Firstly, priyayi are those who have a lineage with Kings or Dukes (in Javanese, priyayi are Yayis or sibling of Kings), but with the era development, new priyayi appears. So, the purpose of the research is to see the description of da'wah bil-hikmah: to build islamic work ethos in priyayi society, research on government officials in Bangetayu Kulon District, Genuk Sub-district. With the Islamic work ethos in the priyayi community in Bangetayu Kulon district, Genuk District is expected to have a positive impact on the performance of government employees. In addition, the results of this study are expected to also get more innovative model of dakwah for the Javanese priyayi society.

Downloads

Published

2018-03-03

Issue

Section

Articles