SOSIALISASI PEMBUATAN MAKANAN PENDAMPING ASI / MP-ASI (CUPCAKE SABU / SAYUR DAN BUAH) BAGI IBU YANG MEMILIKI BALITA GUNA MENCEGAH STUNTING DI DESA BANTAR JAYA KECAMATAN PEBAYURAN KABUPATEN BEKASI TAHUN 2022

Authors

  • Ika Kania Fatdo Wardani Universitas Medika Suherman

DOI:

https://doi.org/10.31764/jpmb.v6i3.9346

Keywords:

complementay feeding, stunting, toddler

Abstract

ABSTRAK

Riskesdas    tahun    2018    dimana ditemukan hanya     37,3%.     Bayi yang  memperoleh ASI  eksklusif.  Kebutuhan  gizi bayi terpenuhi sebanyak 60% dari  pemberian  ASI dan 40% nya dari makanan pendamping  ASI  (MP-ASI). Jika  pemberian Asi dan MP-ASI tidak tepat maka anak dapat mengalami masalah nutrisi. Tahun 2020 terdapat 4,4 % balita dengan status gizi pendek. Jika dibandingkan dengan tahun 2019, persentase ini mengalami kenaikan dari tahun 2019 yaitu 3,5 %. Masalah kesehatan masyarakat sudah dianggap serius bila persentase pendek >20,0%. Dengan demikian Kabupaten Bekasi masih dalam batas aman masalah kesehatan masyarakat. Berdasarkan data bulan penimbangan balita Bulan Agustus, tidak ada puskesmas yang persentase stuntingnya lebih dari 20%. Tujuan dilakukanya pengabdian kepada masyarakat ini adalah agar para ibu yang memiliki BALITA bisa meningkatkan pengetahuan ibu tentang kebutuhan nutrisi anak dan stunting serta bisa memberdayakan para ibu untuk bisa membuat sendiri makanan yang bergizi dan sehat, yang tentunya dengan menu yang disukai oleh anak. Sasaran  kegiatan  ini adalah  ibu  Pasangan Usia Subur yang  bertempat tinggal di Desa Bantar Jaya sebanyak 53 orang. Metode    kegiatan    yang    digunakan    dalam pengabdian  ini  adalah  berupa  Sosialisasi Pembuatan Makanan Pendamping ASI (Cupcake Sabu / Sayur dan Buah) Bagi Ibu Yang Memiliki Balita Guma Mencegah Stunting di   Desa   Bantarjaya  Kecamatan   Pebayuran Kabupaten   Bekasi   tahun   2022.   Alat   yang digunakan berupa LCD/Laptop, video,  leafleat, poster, dan kuesioner sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Hasilnya, dari 53 responden memiliki pengetahuan kurang tentang pembuatan MPASI (Cupcake Sabu) dan Stunting yaitu dengan nilai rata-rata sebesar 57,36 %, setelah  dilakukan   penyuluhan dari 53 responden mengalami   perubahan  nilai rata-rata yaitu sebesar  79,62% (Pengetahuan Baik).  Berdasarkan   hasil dari   pretes  dan   posttest tersebut  ada  peningkatan  pengetahuan  dari  responden, yaitu sebesar 22,27 %. Kegiatan ini perlu diadakannya kegiatan lanjutan seperti diskusi mengenai kesehatan dan gizi secara intensif serta diadakannya praktik pengolahan bahan pangan lokal lainnya demi pemenuhan gizi seimbang guna mencegah kejadian stunting pada BALITA.

 

Kata Kunci : pemberian MP-ASI; stunting; BALITA

 

ABSTRACT

Riskesdas in 2018 where it was found was only 37.3%. Babies who acquire exclusively breast milk. The nutritional needs of babies are met as much as 60% of breastfeeding and 40% of them from complementary foods (complementary foods). If breastfeeding and complementary food are not appropriate, the child may experience nutritional problems. In 2020 there were 4.4% of toddlers with short nutritional status. When compared to 2019, this percentage has increased from 2019, which was 3.5%. Public health problems are already considered serious when a short percentage >20.0%. Thus, Bekasi Regency is still within safe limits of public health problems. Based on data from the august toddler weighing month, there is no health center with a stunting percentage of more than 20%. The purpose of this community service is so that mothers who have toddlers can increase mothers' knowledge about children's nutritional needs and stunting and can empower mothers to be able to make their own nutritious and healthy food, which of course is with a menu that is liked by children. The target of this activity is 53 mothers of Couples of Childbearing Age who live in Bantar Jaya Village. The activity method used in this service is in the form of Socialization of Making Complementary Foods for Breast Milk (Cupcake Sabu / Vegetable and Fruit) for Mothers Who Have Guma Toddlers to Prevent Stunting in Bantarjaya Village, Pebayuran District, Bekasi Regency in 2022. The tools used are IN the form of LCD / Laptop, video, leafleat, poster, and questionnaire in accordance with the material to be delivered. As a result, of the 53 respondents who had insufficient knowledge about making complementary food (Cupcake Sabu) and Stunting, namely with an average value of 57.36%, after counseling was carried out from 53 respondents experienced a change in the average value of 79.62% (Good Knowledge). Based on the results of the pretest and posttest, there was an increase in knowledge from respondents, which was 22.27%. This activity needs to be held further activities such as intensive discussions on health and nutrition as well as the holding of other local food processing practices in order to fulfill balanced nutrition to prevent stunting events in toddlers.

 

Keywords : complementay feeding; stunting; toddler

References

Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi. (2021). Profil Kesehatan Kabupaten Bekasi.

Kementrian Kesehatan RI. (2018, May 24). Ini Penyebab Stunting Pada Anak. Kemkes.Go.Id.

Lainatussyifa. (2018). Hubungan Persepsi Ibu Hamil Tentang Pemberian ASI Eksklusif Dengan Motivasi Melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Klinik Siti Kholojah. Jurnal Persepsi Psikologi , 1.

Ruslianti, Dahlia M, & Yulianti Y. (2015a). Gizi dan Kesehatan Anak Pra Sekolah. PT Remaja Rosdakarya.

Ruslianti, Dahlia M, & Yulianti Y. (2015b). Gizi dan Kesehatan Anak Pra Sekolah. PT Remaja Rosdakarya.

Wiwi Sartika, & Mitayani. (2010). Buku Saku Ilmu Gizi. CV. Trans Info Media.

Downloads

Published

2022-09-14

Issue

Section

Articles