Analisis Kemampuan Berpikir Reflektif Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Materi Persegi Bagi SiswaKelas VIII SMP Kristen 02 Salatiga Tahun Ajaran 2017/2018

Authors

  • Christiana Kartika Dian Universitas Kristen Satya Wacana
  • Kriswandani Kriswandani Universitas Kristen Satya Wacana
  • Novisita Ratu Universitas Kristen Satya Wacana

DOI:

https://doi.org/10.31764/paedagoria.v9i1.245

Keywords:

Reflektif, Soal cerita, Segi empat

Abstract

Abstrak: Berpikir reflektif merupakan kegiatan yang  membuat siswa berusaha menghubungkan pengetahuan yang diperolehnya untuk menyelesaikan permasalahan baru yang berkaitan dengan pengetahuan lamanya. Berpikir reflektif meliputi tiga fase/ tingkat yaitu reacting (berpikir reflektif untuk aksi),  comparing (berpikir reflektif untuk evaluasi) dan contemplating (berpikir reflektif untuk inkuiri kritis). Untuk mengetahui tingkat kemampuan berpikir reflektif siswa, maka dilakukan penelitian dengan jenis deskriptif  kualitatif. Subjek penelitian ini adalah 3 siswi kelas VIII SMP Kristen 02 Salatiga yang dipilih secara purposive sampling pada materi bangun datar segi empat dengan kemampuan awal yang berbeda. Dari hasil analisis, siswa berkemampuan awal tinggi dapat dikatakan reflektif, kemampuan awal sedang  dikatakan cukup reflektif, dan kemampuan awal rendah dikatakan kurang reflektif.

Abstract: Reflective thinking is an activity that keeps students trying to connect their acquired knowledge to solve new problems related to their old knowledge. Reflective thinking involves three phases / levels of reacting (thinking reflectively for action), comparing (reflective thinking for evaluation) and contemplating (reflective thinking for critical inquiry). To know the level of reflective thinking ability of students, then conducted research with descriptive qualitative type. The subjects of this study were 3 VIII grade students of SMP Kristen 02 Salatiga who were chosen by purposive sampling on the rectangular building material with different initial capability. From the results of the analysis, high initial students can be said to be reflective, the initial ability is said to be quite reflective, and low initial ability is said to be less reflective.

References

Fitriana, L. Analisis Pemahaman Siswa Mengenai Konsep Limit Fungsi Berdasarkan Teori APOS Ditinjau dari Gaya Kognitif (Field Dependent dan Field Dependent) di Kelas XI IPA 2 MAN Rejotangan Tahun 2012/2013, (Tulungagung :Skripsi Tidak Diterbitkan, 2013), hal. 4

Kusumaningrum, M. Dan Saefudin, A. “Mengoptimalkan Kemampuan Berpikir Matematika Melalui Pemecahan Masalah Matematikaâ€, Makalah ini disampaikan dalam Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika, Yogyakarta, 10 November 2012, hlm. 571-572

Nindiasari, H. Pendekatan Metakognitif Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Reflektif Matematis Siswa SMA, Jurnal Ilmu Pendidikan dan Pengajaran, Vol. 1 No. 1, Maret 2014

Noer, S. H. (2010). Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis, Kreatif, Dan Reflektif (K2R) Matematis Siswa SMP Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Disertai UPI: Tidak diterbitkan

Rahmy, Z. “Pengaruh Pembelajaran dengan Pendekatan Proses Berpikir Reflektif terhadap Peningkatan Kemampuan Konesi dan Berpikir Kritis Matematis Siswaâ€, Tesis, Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Pendidikan Indonesia Bandung, 2012, hlm. 33

Suherman, dkk., Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer edisi revisi (JICA), (Jakarta: Universitas Pendidikan Indonesia, 2002), hal: 89

Suharna, H. dkk.,Berpikir Reflektif Mahasiswa dalam Menyelesaikan Masalah Matematika (Jurnal), KNPM V Himpunan Matematika Indonesia Juni 2013, hal: 281

Syah, M. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2004) hal:123

Downloads

Published

2018-03-06

Issue

Section

Articles