PEER-BASED HEALTH EDUCATION ABOUT PUBERTY
DOI:
https://doi.org/10.31764/jces.v5i1.6990Keywords:
Teman Sebaya, Pubertas.Abstract
Abstrak: Kecemasan remaja terhadap perubahan fisik maupun psikis pada masa pubertas sering terabaikan dari perhatian orang-orang terdekat, karena adanya pandangan masyarakat bahwa belum saatnya anak-anak usia dini untuk memahami pendidikan seksualitas. Remaja sering merasa tidak nyaman bercerita dengan orang yang lebih dewasa dibandingkan dengan teman seusianya. Pada masa pubertas ini teman sebaya mempunyai peran yang sangat penting dalam menyikapi masalah kecemasan terhadap perubahan fisik maupun psikologis. Tujuan dari pemberdayaan ini untuk meningkatkan peran teman sebaya dalam pemberian informasi mengenai pubertas, sebagai bagian dari identitas diri untuk berekspresi, bersikap dalam pemecahan masalah pubertas pada remaja. Metode pemberdayaan ini dilaksanakan dalam 3 tahapan yang diawali dengan pretest dan diakhiri dengan pot test yaitu melalui penyuluhan, peer group diskusi, simulasi bermain peran dan evaluasi. Peserta yang mengikuti kegiatan ini adalah siswa kelas 6 SD yang berjumlah 40 orang. Hasil: setelah dilaksanakan pemberian penyuluhan, diskusi dan simulasi didapatkan bahwa terdapat peningkatan pengetahuan dan pemahaman peserta yang signifikan tentang pubertas, mawas diri terhadap perubahan masa pubertas dan saling mengingatkan terhadap bahaya pelecehan seksualitas dini. Pentingnya keterlibatan orangtua dalam memberikan dukungan dan motivasi bagi remaja dalam menghadapi masa pubertas ini.
Abstract: Teenagers' anxiety about physical and psychological changes during puberty is often neglected from the attention of those closest to them, because of the public's view that it is not the time for early childhood to understand sexuality education. Teenagers often feel uncomfortable telling stories with people who are more mature than their peers. At this puberty, peers have a very important role in addressing the problem of anxiety about physical and psychological changes. The purpose of this empowerment is to increase the role of peers in providing information about puberty, as part of self-identity to express, behave in solving puberty problems in adolescents. This empowerment method is carried out in 3 stages, starting with a pre-test and ending with a pot test, namely through counseling, peer group discussions, role-playing simulations and evaluation. The participants who took part in this activity were 40 grade 6 elementary school students. Results: After providing counseling, discussions and simulations, it was found that there was a significant increase in participants' knowledge and understanding about puberty, being aware of changes in puberty and reminding each other about the dangers of early sexual harassment. The importance of parental involvement in providing support and motivation for adolescents in dealing with this puberty period.
References
Anwar S.D. (2018). Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat (PATBM).
Fitriana, P., Utami, S. K. M., & Kes, M. (n.d.). Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Remaja.
Harini, R., Rahmat, I., & Nisman, W. A. (2014). Upaya Peningkatan Keterampilan Konseling Kesehatan Reproduksi Mahasiswa Melalui Pelatihan Konselor Sebaya. Jurnal Ners, 9(2), 173–182.
Haryono, S. E., Anggareni, H., Muntomimah, S., & Iswahyudi, D. (2018). Impelementasi pendididkan sex pada anak usia dini di sekolah. JAPI (Jurnal Akses Pengabdian Indonesia), 3(1), 24. https://doi.org/10.33366/japi.v3i1.839
Hidayati, N. O., Lukman, M., Sriati, A., Widianti, E., & Agustina, H. S. (2017). Pembentukan Konselor Teman Sebaya Dalam Upaya Preventif Perilaku Kekerasan Pada Remaja Di Smp Negeri 1 Pangandaran. Jurnal Aplikasi Ipteks Untuk Masyarakat, 6 No. 2(2), 125–128.
Hurlock, E. B., Istiwidayanti, Soedjarwo, & Sijabat, R. M. (2010). Psikologi perkembangan : suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan.
Kemenkes. (2017). Modul Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja. In Bkkbn. http://eprints.undip.ac.id/38840/1/KESEHATAN_MENTAL.pdf
Kusumawati D.P, E. a. (2018). Edukasi Masa Pubertas Pada Remaja. Journal of Community Engagement in Health, 1(1), 14–16. https://doi.org/10.30994/10.30994/vol1iss1pp16
Lilis Suryani, L. S. (2013). Penyesuaian Diri Pada Masa Pubertas. Konselor, 2(1), 136–140. https://doi.org/10.24036/0201321876-0-00
Rini, S. (2013). Pengaruh Pendidikan KesehatanTentang Masa Pubertas Terhadap Pengetahuan Remaja Awal Di SMP Negeri Baturaden.
Sinthia, R., Ardina, M., & Elita, Y. (2018). Pelatihan Persiapan Memasuki Masa Pubertas Bagi Siswa Sekolah Dasar Negeri 69 Kota Bengkulu. Dharma Raflesia : Jurnal Ilmiah Pengembangan Dan Penerapan IPTEKS, 15(2), 139–144. https://doi.org/10.33369/dr.v15i2.4059
Suryansyah, A. (2016). Gambaran Tanda Pubertas pada Murid Sekolah Dasar. Sari Pediatri, 13(5), 346. https://doi.org/10.14238/sp13.5.2012.346-50
Udiyono, A., Saraswati, L., & Hardy, M. (2016). Gambaran Perkembangan Pubertas Dan Perbedaan Usia Awal Pubertas Pada Siswa - Siswi Sekolah Dasar (Studi Di Kecamatan Semarang Tengah Kota Semarang). Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 4(1), 153–158.
Wulandari, P., Kustriyani, M., & Fiyanti, A. (2018). Hubungan Dukungan Teman Sebaya Dengan Kecemasan Remaja Putri Dalam Menghadapi Perubahan Fisik Pada Masa Pubertas Kelas VIII Di SLTPN 31 Semarang. Jurnal Ilmu Keperawatan Maternitas, 1(1), 1. https://doi.org/10.32584/jikm.v1i1.103
Downloads
Published
Issue
Section
License
Authors who publish articles in JCES (Journal of Character Education Society) agree to the following terms:
- Authors retain copyright of the article and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a CC-BY-SA or The Creative Commons Attribution–ShareAlike License.
- Authors are able to enter into separate, additional contractual arrangements for the non-exclusive distribution of the journal's published version of the work (e.g., post it to an institutional repository or publish it in a book), with an acknowledgment of its initial publication in this journal.
- Authors are permitted and encouraged to post their work online (e.g., in institutional repositories or on their website) prior to and during the submission process, as it can lead to productive exchanges, as well as earlier and greater citation of published work (See The Effect of Open Access).