Jurnal Planoearth
//ojs-upgrade.ummat.ac.id/index.php/JPE
<p><strong>Jurnal Planoearth</strong> adalah salah satu jurnal penelitian yang diterbitkan oleh Universitas Muhammadiyah Mataram. Jurnal Planoearth dikelola oleh Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Mataram bekerja sama dengan <a href="https://aspi.or.id/?page_id=42" target="_blank">Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI)</a>, dengan nomor <a href="https://issn.brin.go.id/terbit/detail/1517665641">ISSN online 2615-4226</a> dan <a href="https://issn.brin.go.id/terbit/detail/1455690679">ISSN print 2502-5031</a>, dan terbit pertama kali di bulan Februari 2016. Tim Redaksi Jurnal Planoearth ini menerima hasil kajian dan penelitian di bidang Perencanaan Wilayah dan Kota, Pengembangan Wilayah, Pengelolaan Lingkungan, Sistem Informasi Geografi dan tulisan lain yang menyangkut tentang penataan ruang baik pemanfaatan ruang maupun pengembangan ruang wilayah dan kota. JPe terbit dua kali dalam setahun, yakni pada bulan <strong>Februari</strong> dan <strong>Agustus</strong> dengan jumlah paper 5-8 dalam satu periode terbit. <a href="https://drive.google.com/open?id=1OGDOSlZwHpFr8ycvGAevzLS-7Afwe2CJ" target="_blank"><strong>Download Template JPe</strong></a>.</p>Universitas Muhammadiyah Mataramen-USJurnal Planoearth2502-5031Authors who publish with International Journal of Advances in Intelligent Informatics agree to the following terms: Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution License (CC BY-SA 4.0) that allows others to share the work with an acknowledgement of the work's authorship and initial publication in this journal. Authors are able to enter into separate, additional contractual arrangements for the non-exclusive distribution of the journal's published version of the work (e.g., post it to an institutional repository or publish it in a book), with an acknowledgement of its initial publication in this journal. Authors are permitted and encouraged to post their work online (e.g., in institutional repositories or on their website) prior to and during the submission process, as it can lead to productive exchanges, as well as earlier and greater citation of published work.Arahan Kesesuaian Lahan Kering Untuk Pengembangan Tanaman Porang Di Kabupaten Bima
//ojs-upgrade.ummat.ac.id/index.php/JPE/article/view/4920
<p><em>Penelitian ini bertujuan untuk memetakan kelas kesesuaian lahan dalam pengembangan komoditi baru pertanian yang sedang menjadi primadona dan peluang usaha, dan tidak kalah penting mendukung program konservasi lahan hutan, yaitu umbi porang (Amarphopallus ancophillus) di Kabupaten Bima. Penelitian ini berguna sebagai bahan informasi dan rekomendasi kebijakan terkait kesesuaian lahan serta dapat dijadikan dasar pengembangan budidaya porang (Amarphopallus ancophillus) pada lahan kering. Penelitian ini telah dilaksanakan di Kabupaten Bima. Metode penelitian yang digunakan yaitu  metode survei dan metode pengumpulan data sekunder berupa peta dan data spasial dari instansi yang terkait. Pengelompokan kelas kesesuaian lahan pada setiap unit lahan menggunakan sistim overlay atau tumpang tepat dengan berpedoman pada kriteria kesesuaian lahan tanaman porang (Amarphopallus ancophillus). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelas kesesuaian lahan kering cukup sesuai (S2) adalah 3.487 ha; kelas kesesuaian lahan kering sesuai marginal (S3) adalah 16.683 ha; dan tidak sesuai (N) adalah 469 ha. Dengan demikian, potensi lahan kering untuk pengembangan tanaman porang (Amarphopallus ancophillus) di Kabupaten Bima sangat besar yaitu 20.170 ha atau 98,43 % dari total keseluruhan lahan kering di Kabupaten Bima.</em></p><p><em>This research is aimed at mapping class suitability of land for Bulbs Porang (Amorphopallus ancophillus) as a new agricultural commodity to develop, which rises in demand, becomes potential commodity and moreover, supports land conservation program in Regency of Bima. This research is beneficial as information and policy recommendation relate to land suitability. This research conducted as survey method and secondary data collection method such as map and spatial data of related institutions. Class grouping of land suitability for each land unit used overlay system based on land suitability criteria of Bulbs Porang (Amarphopallus ancophillus). Research result showed that the class suitability of dry land was quite suitable (S2), approximately 3.487 ha; class suitability of dry land as marginal (S3) was 16.683 ha; and non-suitable result was 469 ha. Thus, dry land result was very big to cover 20.170 ha or 98.43 % of total dry land in the Regency of Bima.</em></p>Tribhuana Tungga DewiSuwardji SuwardjiBambang Dipo KusumoParta TanayaNani Herawati
Copyright (c) 2021 Jurnal Planoearth
2021-10-142021-10-1462717610.31764/jpe.v6i2.4920Identifikasi Daerah Rawan Bencana Longsor Kecamatan Angkona Kabupaten Luwu Timur
//ojs-upgrade.ummat.ac.id/index.php/JPE/article/view/4921
<p>Bencana merupakan fenomena alam yang dapat terjadi setiap saat. Dalam penelitian ini, lokasi yang diteliti adalah daerah rawan bencana longsor yang berada di Kecamatan Angkona, Kabupaten Luwu Timur, untuk mengetahui tingkat kerawanan dan arahan penanggulangannya. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis overlay dan analisis pola ruang. Peneliti mendapatkan hasil bahwa tingkat kerawanan longsor tinggidengan luas12.186 Ha (41.86%), kerawanan longsor sedang dengan luas8.718 Ha (29.95%), dan kerawanan longsor rendah dengan luas8.208 Ha (28.19%). Hasil evaluasi pola ruang menunjukkan bahwa beberapa kawasan diperuntukkan sebagai kawasan pemukiman berada pada daerah dengan kerawanan longsor tinggi dan beberapa kawasan tidak sesuai dengan peruntukannya.</p><em>Disasters are natural phenomena that can occur at any time. In this study, the locations studied were landslide-prone areas in Angkona Subdistrict, East Luwu Regency, to determine the level of vulnerability and directions for handling it. The analysis technique used is overlay analysis and spatial pattern analysis. Researchers found that the level of landslide vulnerability was high with an area of 12,186 Ha (41.86%), moderate landslide hazard with an area of 8,718 Ha (29.95%), and low landslide hazard with an area of 8,208 Ha (28.19%). The results of the spatial pattern evaluation show that some areas designated as residential areas are in areas with high landslide prone areas and some areas do not match their designation.</em>Andi Nirmayanti
Copyright (c) 2021 Jurnal Planoearth
2021-10-142021-10-1462778110.31764/jpe.v6i2.4921Implementasi Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Nganjuk Tahun 2010-2030 Dalam Pemanfaatan Kawasan Peruntukan Industri
//ojs-upgrade.ummat.ac.id/index.php/JPE/article/view/4922
<p>Implementasi Peraturan Daerah (Perda) Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Nganjuk Tahun 2010-2030 dalam Pemanfaatan Kawasan Peruntukan Industri (KPI), telah dilaksanakan dengan baik namun belum efektif. Faktor Pendukung Implementasi yakni: 1)<em> </em>tersedianya kebijakan yang lengkap dalam pelaksanaan kebijakan penataan ruang. 2)<em> </em>adanya sikap pelaksana kebijakan yang cukup baik dan komitmen terhadap pelaksanaan kebijakan tersebut. 3) struktur birokrasi sudah ada dan berjalan baik dalam pelaksanaan kebijakan tersebut. 4)<em> </em>masih tersedia lahan untuk KPI. Faktor penghambat meliputi : 1) tidak ada kejelasan waktu mengenai disposisi berkas rekomendasi izin pemanfaatan ruang dari pimpinan. 2) <em>multi interpretasi </em>Perda.</p><p>Â </p><p>The implementation of Regional Regulation (Perda) Number 2 of 2011 concerning Regional Spatial Planning (RTRW) of Nganjuk Regency 2010-2030 in Utilization of Industrial Designated Areas (KPI), has been implemented well but has not been effective. Implementation Supporting Factors are: 1) the availability of complete policies in the implementation of spatial planning policies. 2) the attitude of implementing the policy is quite good and commitment to the implementation of the policy. 3) the bureaucratic structure already exist and running well in implementing the policy. 4) still available land for KPI. Inhibiting factors include: 1) there is no time clarity regarding the disposition of the recommendation file for space utilization permits from the leadership. 2) multiple interpretations of Perda.</p>Abdullah Alfarabi
Copyright (c) 2021 Jurnal Planoearth
2021-10-142021-10-1462828910.31764/jpe.v6i2.4922Pemanfaatan Kampung Kota dalam Wisata Warisan Budaya di Kota Singaraja
//ojs-upgrade.ummat.ac.id/index.php/JPE/article/view/4923
<p>Permukiman<em> </em>dalam kota memiliki sejarah yang panjang, unik sekaligus sebagai penanda awal terbentuknya peradaban kota. Awalnya permukiman di kota, merupakan sebuah kampung berpenghuni masyarakat tradisional Pembangunan kota yang semakin modern membuat wajah kampung semakin pudar. Kampung Bugis merupakan salah satu dari beberapa kampung yang membentuk Kota Singaraja pada awal masa kolonial Belanda , yang berfungsi sebagai kota pelabuhan yang ramai. Alkuturasi budaya dari akibat aktivitas perdagangan membuat wilayah permukiman dihuni oleh berbagai etnis, dan membentuk perkampungan dengan ciri etnis tertentu. Adapun pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan studi pustaka. Selanjutnya data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif kualitatit. Analisis dilakukan dengan pedoman teori dan konsep dari hasil kajian pustaka mengenai kampung kota dan wisata warisan budaya. Hasil penelitian menyatakan bahwa potensi wisata Kampung Bugis memenuhi syarat sebagai sebuah wisata warisan budaya berdasarkan dari warisan budaya yang <em>tangible</em> dan warisan budaya yang <em>intangible</em> yang berusia lebih dari 50 tahun dan masih terawat. Sebagai destinasi wisata, Kampung Bugis masih dalam tahap ekplorasi, untuk mewujudkan maka diperlukan langkah seperti revitalisasi bangunan, perencanaan jalur wisata dan edukasi dan keterlibatan masyarakat untuk pengembangan pariwisata kampung kota.</p><p><em>Settlements within the city have a long, unique history as well as marking the early formation of urban civilization. Initially, the settlement in the city was a village inhabited by traditional communities. The urban development that was increasingly modern made the face of the village faded. Kampung Bugis is one of several villages that formed Singaraja City in the early Dutch colonial period, which served as a bustling port city. The cultural acculturation resulting from trading activities made residential areas inhabited by various ethnicities, and formed settlements with certain ethnic characteristics. The data collection in this study was carried out by means of observation, interviews, and literature study. Furthermore, the collected data were analyzed descriptively qualitatively. The analysis was carried out with theoretical and conceptual guidelines from the results of literature studies on (kampung kota) urban villages and cultural heritage tourism. The results of the study indicate that the tourism potential of Kampung Bugis meets the requirements as a cultural heritage tour based on tangible cultural heritage and intangible cultural heritage that is more than 50 years old and is still well preserved. As a tourist destination, Bugis Village is still in the exploration stage, to realize it requires steps such as building revitalization, planning of tourist routes and education and community involvement for the development of urban village tourism.</em></p>Komang Wirawan
Copyright (c) 2021 Jurnal Planoearth
2021-10-142021-10-1462909610.31764/jpe.v6i2.4923Penerapan Pendekatan Fenomenologi Dalam Penelitian Di Bidang Perencanaan Wilayah Dan Kota
//ojs-upgrade.ummat.ac.id/index.php/JPE/article/view/5462
<p>Didaratkan oleh Sudaryono sebagai epistemologi baru dalam perencanaan kota pada tahun 2014, pendekatan fenomenologi mulai terbuka diperkenalkan dan dipergunakan pada penelitian di bidang perencanaan wilayah dan kota. Konsep yang diperkenalkan tersebut merupakan konsep induk dan semangat fenomenologi yang menjadi dasar gerak bagi peneliti PWK. Konsep induk dan semangat ini kemudian dieksplorasi oleh paper ini dengan metode analisis-isi. Dengan cara menggabungkan poin-poin dasar yang diperkenalkan Sudaryono dan pemikiran-pemikiran dari peneliti yang memiliki pemikiran seirama, paper ini mendetailkan prosedur penelitian fenomenologi dalam ranah perencanaan wilayah dan kota.</p><strong><em>Abstract:</em></strong><em>  Proposed by Sudaryono in 2014 as the new epistemology in the domain of urban planning, phenomenological approach started being introduced and used in urban and regional planning research. He presented the basic concept and soul of phenomenology to become an action foundation for urban and regional planning researchers. Then, the basic concept being explored in this paper using the content-analysis research method. By combined basic concept induced by Sudaryono and others’ statements that suitable to it, this paper detailed the procedures of phenomenological research to become operational in the domain of urban and regional planning</em>Lutfi Setianingrum
Copyright (c) 2021 Jurnal Planoearth
2021-08-092021-08-09629710610.31764/jpe.v6i2.5462Kajian Daya Dukung Pangan Kecamatan Mojolaban untuk Mendukung Ketahanan Pangan Kabupaten Sukoharjo
//ojs-upgrade.ummat.ac.id/index.php/JPE/article/view/6533
<p>Kajian daya dukung pangan merupakan salah satu aspek penting dalam ketahanan pangan wilayah. Penelitian ini bertujuan (1) untuk menganalisis daya dukung pangan setiap desa di Kecamatan Mojolaban, (2) untuk menggambarkan secara keruangan daya dukung pangan di Kecamatan Mojolaban. Data dikumpulkan dan dianalisis dengan formula matematis untuk mendapatkan kesimpulan tentang daya dukung pangan. Analisis spasial dilakukan dengan sistem informasi geografis (SIG). Hasil penelitian menunjukkan daya dukung pangan di Kecamatan Mojolaban secara umum tergolong tinggi. Secara spasial sebaran daya dukung pangan tinggi berada di 14 desa yaitu Tegalmade, Laban, Wirun, Bekonang, Cangkol, Klumprit, Kragilan, Sapen, Joho, Demakan, Dukuh, Plumbon, Gadingan, dan Palur. Sedangkan desa yang mempunyai daya dukung pangan rendah hanya satu yaitu Desa Triyagan.</p><strong><em>Abstract: </em></strong><em>The study of food carrying capacity is one of the important aspects in regional food security. This study aims (1) to analyze the food carrying capacity of each village in Mojolaban Sub-District, (2) to describe spatially the food carrying capacity of Mojolaban Sub-District. Data were collected and analyzed by mathematical formulas to obtain conclusions about the food carrying capacity. Spatial analysis was carried out using a geographic information system (GIS). The results showed that the food carrying capacity in Mojolaban Sub-District was generally high. Spatially the distribution of high food carrying capacity is in 14 villages, namely Tegalmade, Laban, Wirun, Bekonang, Cangkol, Klumprit, Kragilan, Sapen, Joho, Demakan, Dukuh, Plumbon, Gadingan, and Palur. Meanwhile, there is only one village that has low food carrying capacity, namely Triyagan Village.</em>Ary WijayantiAgung Hidayat
Copyright (c) 2021 Jurnal Planoearth
2021-08-302021-08-306210711310.31764/jpe.v6i2.6533Identifikasi Pola Masa Bangunan di Permukiman Tradisional Masyarakat Adat Loang Godeq, Desa Loloan, Kecamatam Bayan, Kabupaten Lombok Utara
//ojs-upgrade.ummat.ac.id/index.php/JPE/article/view/6588
<p>Loang Godek merupakan kelompok permukiman adat masyarakat sasak yang berada di Desa Loloan Kecamatan Bayan Kabupaten Lombok Utara. Pada tahun sekitar 1970-an, permukiman adat Loang Godek terjadi bencana kebakaran yang meluluhlantahkan seluruh bangunan adat Loang Godek. Pada tahun 2018 di bulan Agustus Lombok Utara diguncang gempa bumi berkekuatan 7 skala Richter mengakibatkan bangunan-bangunan dengan konstruksi baru atau kekinianbanyak yang hancur dan bangunan tradisional dengan kosntruksi kayu banyak bertahan. Melihat fenomena ini sebagian masyarakat berusaha membangun kembali huniannya dengan gaya konstruksi tradisional diamana kontruksi bangunan yang dimaksud adalah pemilihan bahan-bahan kayu, karena terbukti bangunan tersebut lebih bisa bertahan. Penelitian ini merupakan penelitian kwalitatif deskriptif dengan teknik pendekatan purposif sampling dimana didasarkan atas ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Penelitian ini melihat bagaimana orientasi masa bangunan, susunan dan fungsi masa bangunan, jarak antar fungsi masa bangunan dan pola susunan masa bangunan di permukiman adat Loang Godek. Hasil penelitian ini adalah susunan masa bangunan pada permukinan Adat Loang Godek tersusun berpola sejajar membentuk sumbu garis lurus adri Daya (Gunung Rinjai) dan Lauq (arah ke laut) dimana terdapat 3 (tiga) jenis bangunan yang kesemuanya masuk dalam wilayah teritori adat Loang Godek.</p><strong><em>Abstract: </em></strong><em>Loang Godek is a group of traditional Sasak community settlements located in Loloan Village, Bayan District, North Lombok Regency. In the 1970s, the Loang Godek traditional settlement was hit by a fire that destroyed the entire Loang Godek traditional building. In 2018 in August, North Lombok was rocked by an earthquake measuring 7 on the Richter scale resulting in many buildings with new or contemporary construction being destroyed and many traditional buildings with wooden construction surviving. Seeing this phenomenon, some people are trying to rebuild their homes with traditional construction styles, where the construction of the building in question is the selection of wood materials, because it is proven that the building is more durable. This research is a descriptive qualitative research with a purposive sampling approach technique which is based on certain characteristics or traits that are considered to have a close relationship with the characteristics or characteristics of the population that have been known previously. This study looks at how the orientation of the building mass, the structure and function of the building mass, the distance between the functions of the building mass and the pattern of building mass structure in the Loang Godek traditional settlement. The results of this study are the arrangement of the buildings in the Loang Godek Customary Settlement arranged in a parallel pattern to form a straight line axis adri Daya (Mount Rinjai) and Lauq (towards the sea) where there are 3 (three) types of buildings, all of which are included in the Loang Godek customary territory.</em>Ardi YuniarmanTjatur Kukuh SurjantoAgus Kurniawan
Copyright (c) 2021 Jurnal Planoearth
2021-08-282021-08-286211411810.31764/jpe.v6i2.6588