Keterkaitan Permukiman Tepi Sungai dan Ruang Terbuka Hijau-Biru terhadap Kerentanan Bencana Banjir di Kota Kasongan Kalimantan Tengah
Keywords:
Permukiman, Tepi sungai, Ruang Terbuka Hijau, Ruang Terbuka Biru, BanjirAbstract
Permukiman tepi sungai serta ruang terbuka hijau dan ruang terbuka biru yang menjadi urat nadi kehidupan masyarakatnya merupakan salah satu keistimewaan yang dimiliki pulau Kalimantan. Salah satu kota yang terkenal memiliki dominasi ruang terbuka hijau dan birunya adalah Kota Kasongan. Kota Kasongan di Provinsi Kalimantan Tengah mengusung konsep kota hijau memiliki koridor utama jalan yang didominasi oleh pola permukiman linier di sepanjang sungai Katingan yang kerap tergenang setiap tahunnya dikarenakan permukaan air sungai yang naik akibat curah hujan yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh keberadaan permukiman tepi sungai dan ruang terbuka hijau terhadap kerentanan bencana banjir di kota Kasongan. Metode yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif-kualitatif melalui observasi, studi lapangan, dan wawancara dengan penduduk lokal Dayak Ngaju. Hasil dari penelitian menunjukkan, kawasan permukiman tepi sungai di koridor kota Kasongan merupakan kawasan rentan bencana banjir, terutama karena mendapat kiriman banjir dari arah hulu sungai Katingan. Masalah utama yang dihadapi adalah penduduk lokal tetap memilih untuk tinggal di permukiman sepanjang sungai dikarenakan hal tersebut telah dilakukan turun-temurun meskipun menghadapi bencana banjir tiap tahunnya. Ke depannya diperlukan perencanaan ruang terbuka hijau dan biru yang seimbang untuk dapat mengakomodasi kerentanan kawasan permukiman linier di sepanjang sungai kota Kasongan terhadap bencana banjir.References
B. Goenmiandari, J. Silas, and R. Supriharjo, “Konsep Penataan Permukiman Bantaran Sungai di Kota Banjarmasin berdasarkan Budaya Setempat,†in Seminar Nasional Perumahan Permukiman Dalam Pembangunan Kota, 2010, pp. 1–14.
Rochgiyanti, “Fungsi Sungai Bagi Masyarakat di Tepian Sungai Kuin Kota Banjarmasin,†J. Komunitas, vol. 3, no. 1, pp. 51–59, 2011.
P. K. Katingan, “Raperda RTRW Kabupaten Katingan 2014-20134.†Pemerintah Kabupaten Katingan, Kabupaten Katingan, Indonesia, 2014.
H. M. Caesarina, N. Humaida, M. F. Amali, and M. W. Wahyudi, “The Need of Green Open Spaces as the Effect of Urban Waterfront Development in Sungai Bilu, a Stream Corridor Neighbourhood in Banjarmasin,†in MATEC Web of Conferences, 2019, vol. 280, p. 03015.
N. G. Wright, Co. R. Thorne, and E. Lawson, “Delivering and evaluating the multiple flood risk benefits in Blue-Green cities: An interdisciplinary approach,†in 11th International Conference on Hydroinformatics HIC 2014, New York City, USA, 2014, vol. 184, pp. 113–124.
C. R. Thorne, E. C. Lawson, C. Ozawa, S. L. Hamlin, and L. A. Smith, “Overcoming uncertainty and barriers to adoption of Blue-Green Infrastructure for urban flood risk management,†J. Flood Risk Manag., vol. 11, pp. S960–S972, 2018.
D. Management and D. Management, “Flood risk and context of land-uses : Chennai city case Flood risk and context of land-uses : Chennai city case,†J. Geogr. Reg. Plan., vol. 3, no. January, pp. 365–372, 2011.
M. Lennon, M. Scott, and E. O’Neill, “Urban Design and Adapting to Flood Risk: The Role of Green Infrastructure,†J. Urban Des., vol. 19, no. 5, pp. 745–758, 2014.
Direktorat Jendral Penataan Ruang. Department Pekerjaan Umum, Pedoman Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan. 2008, p. 84 p.
H. M. Caesarina and K. P. Setiawan, “Planning and Design Concept Supervision in Reflecting History and Local Culture to a City Corridor as an Effort to Control Spatial Planning,†vol. 1, no. 1, pp. 6–11, 2018.