Uji Efektivitas Antijamur Kitosan Cangkang Kepiting Bakau (Scylla sp) Terhadap Pertumbuhan Epidermophyton floccosum dan Candida albicans
DOI:
https://doi.org/10.31764/lf.v2i2.5492Keywords:
Effectiveness, Antifungal, Chitosan, Epidermophyton floccosum, Candida albicans.Abstract
ABSTRAK
Kitosan dan turunannya telah banyak dimanfaatkan dalam berbagai bidang misalnya dalam bidang pangan, mikrobiologi, pertanian farmasi, dan sebagainya. Kitosan memiliki sifat antimikroba, karena dapat menghambat bakteri patogen dan mikroorganisme pembusuk, termasuk jamur, bakteri gram-positif, bakteri gram negatif. Tujuan dari penelitian untuk mengetahui efektivitas antijamur kitosan cangkang kepiting bakau (Scylla sp) terhadap pertumbuhan E. floccosum dan C. albicans serta menentukan konsentrasi yang paling efektif. Metode isolasi yang digunakan meliputi deproteinasi, deÂmineralisasi, depigmentasi, dan deasetilasi 3 tahap. Uji efektivitas antijamur dilakukan dengan metode difusi cakram (Tes Kirby-Bauer) menggunakan kertas cakram. Hasil penelitian menunjukkan hasil isolasi kitosan cangkang kepiting bakau melalui beberapa tahapan sebesar 46,3 g. Efektivitas antijamur kitosan cangkang kepiting bakau (Scylla sp) terhadap pertumbuhan E. floccosum dan C. albicans pada masa inkubasi 3 x 24 jam dan 4 x 24 jam menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi kitosan, maka semakin besar pula zona hambat (efektivitas) yang didapatkan. Konsentrasi yang paling efektif berada pada kisaran konsentrasi 5% b/v (oneway ANOVA, α = 0,05), dimana pada penghambatan E. floccosum  sebesar 16,23±0,64 mm untuk 3 x 24 jam dan 17,56±0,75 mm untuk 4 x 24 jam. Sedangkan pada penghambatan C. albicans untuk 3 x 24 jam sebesar 13,56±0,49 mm dan 14,10±0,17 mm untuk 4 x 24 jam
Â
KATA kunci: Efektivitas; Antijamur; Kitosan; Epidermophyton floccosum; Candida albicans.
ABSTRACT
Chitosan and its derivatives have been widely used in various fields, for example in the fields of food, microbiology, agriculture, pharmacy, and so on. Chitosan has antimicrobial properties, because it can inhibit pathogenic bacteria and spoilage microorganisms, including fungi, gram-positive bacteria, and gram-negative bacteria. The purpose of this study was to determine the antifungal effectiveness of mangrove crab shell chitosan (Scylla sp) on the growth of E. floccosum and C. albicans and to determine the most effective concentration. The isolation methods used included deproteination, demineralization, depigmentation, and 3-step deacetylation. The antifungal effectiveness test was carried out by disc diffusion method (Kirby-Bauer test) using disc paper. The results showed that the results of the isolation of chitosan from mud crab shells through several stages were 46.3 g. The antifungal effectiveness of mangrove crab shell chitosan (Scylla sp) on the growth of E. floccosum and C. albicans at incubation periods of 3 x 24 hours and 4 x 24 hours showed that the higher the concentration of chitosan, the greater the zone of inhibition (effectiveness) obtained. The most effective concentration was in the concentration range of 5% w/v (oneway ANOVA, = 0.05), where the inhibition of E. floccosum was 16,23±0,64 mm for 3 x 24 hours and 17,56±0,75 mm for 4 x 24 hours. While the inhibition of C. albicans for 3 x 24 hours was 13,56 ± 0,49 mm and 14,10 ± 0,17 mm for 4 x 24 hours.
Keyword: Effectiveness; Antifungal; Chitosan; Epidermophyton floccosum; Candida albicans.
References
Aji A., Meriatna. (2012). Pembuatan kitosan dari limbah cangkang kepiting. Jurnal Teknologi Kimia Unimal. 1(1), 79-90.
Alfiah R.R., Khotimah S., Turnip M. (2015). Efektivitas ekstrak metanol daun sembung rambat (Mikania micrantha Kunth) terhadap pertumbuhan jamur Candida albicans. Protobiont. 4 (1), 52-57.
Alioes Y., Kartika A., Zain E.A., Azzura V. (2018). Uji potensi antijamur Candida albicans ekstrak daun gelinggang (CASSIA ALATA L.) dibandingkan dengan sediaan daun sirih yang beredar di pasaran secara in vitro. Jurnal Kimia Riset, 3(2), 108-115.
Azora G., Suwondo, Febrita E. (2013). Efektivitas chitosan kulit udang terhadap nilai gizi tahu sebagai sumber belajar biologi dengan model pembelajaran DI (Direct Intruction) pada konsep bioteknologi. Pekanbaru: Universitas Riau.
Baharuddin, S., & Isnaeni, D. (2020). Isolasi dan uji aktivitas kitosan cangkang kerang bulu (Anadara inflata) sebagai antibakteri terhadap Staphylococcus epidermidis dan Escherichia coli. MPI (Media Pharmaceutica Indonesiana). 3(2), 60-69.
Damayanti W., Rochima E., Hasan Z. (2016). Aplikasi kitosan sebagai antibakteri pada filet patin selama penyimpanan suhu rendah. JPHPI (Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia). 19(3), 321-328.
Karta I.W. dan Burhannuddin. (2017). Uji aktivitas antijamur ekstrak akar tanaman bama (Plumbago zeylanica) terhadap pertumbuhan jamur Trichophyton mentagrophytes penyebab kurap pada kulit, Jurnal Media Sains, 1(1), 23-31.
Katzung, B. G., (2004). Farmakologi Dasar dan Klinik: Basic and Clinical Pharmacology, Buku 3, Edisi 8. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Jakarta: Salemba Medika.
Kurniasih M. dan Kartika D., (2009). Aktivitas antibakteri kitosan terhadap bakteri S. aureus. Jurnal Molekul. 4(1), 1-5.
Kusuma, S.H. (2016). Kemampuan kitin dari cangkang kepiting bakau (Scylla sp.) dalam menurunkan kadar kolesterol jeroan sapi. JIMPBio. 1(1), 1-10.
Mawaddah F.S., Prasetyo J., & Nurdin M. (2014). Pemanfaatan kitosan dan Trichoderma sp. Rifai. untuk mengendalikan penyakit antraknosa (Colletotrichum gloeosporioides Penz.) pada buah pisang cavendish. Jurnal Agrotek Tropika. 2(2), 215-219.
Midgley. Clason, Hay. (2008). Diagnosis Medical Mycologi. Penerbit Mosby Wolfe. London.
Mulyaningtyas D , Purwantisari S, Kusdiyantini E, Suryadi Y. (2016). Produksi kitosan secara enzimatik oleh Bacillus firmus E65 untuk pengendalian penyakit antraknosa pada buah mangga (Mangifera Indica L.). Jurnal Akademika Biologi (JAB). 5(4), 8-17.
Pratiwi R. (2014). Manfaat kitin dan kitosan bagi kehidupan manusia, Jurnal Oseana, XXXIX(1), 35-43.
Ratnawati, Kardhinata, E.H., Sartini, (2016), Identifikasi dan penentuan jenis cendawan yang menginfeksi kulit pasien balita di rumah sakit umum pusat Haji Adam Malik Medan, BioLink (Jurnal Biologi Lingkungan, Industri & Kesehatan). 2(2), 90-99.
Riski R. dan Sami F.J. (2015). Formulasi krim anti jerawat dari nanopartikel kitosan Cangkang Udang Windu (Penaeusmonodon). Jurnal Farmasi FIK UINAM. 3(4), 153-161.
Rochima E. (2014). Kajian pemanfaatan limbah rajungan dan aplikasinya untuk bahan minuman berbasis kitosan. Jurnal Akuatika. 5(1), 71-82.
Sanjaya I, Yuanita L. (2007). Adsorpsi Pb (II) oleh kitosan hasil isolasi kitin cangkang kepiting bakau (Scylla sp). Jurnal Ilmu Dasar, 8(1), 30-36.
Sudjarwo, G.W., Rosalia, M.S, Mahmiah. (2019). Uji aktivitas anti jamur nanopartikel kitosan terhadap jamur candida albicans secara in vitro, Prosiding, Seminar Nasional Kelautan XIV, Implementasi Hasil Riset Sumber Daya Laut dan Pesisir Dalam Peningkatan Daya Saing Indonesia, Surabaya, 50-57.
Suherman S., Latif M., Dewi S.T., (2018). Potensi kitosan kulit udang vannemei (Litopenaeus vannamei) sebagai antibakteri terhadap Staphylococccus epidermidis, Pseudomonas aeruginosa, Propionibacterium agnes, dan Escherichia coli dengan metode difusi cakram kertas. Media Farmasi. 14(1), 116-127.
Sulistiyoningrum RS, Suprijanto J, Sabdono A. (2013). Aktivitas anti bakteri kitosan dari cangkang kerang simping pada kondisi lingkungan yang berbeda: kajian pemanfaatan limbah kerang simping (Amusium sp.). Journal of marine research, 2(4), 111-117.
Shino B., Peedikayil F.C., Jaiprakash S.R., Bijapur G.A., Kottayi S., Jose D. (2016). Comparison of antimicrobial activity of chlorhexidine, coconut oil, probiotics, and ketoconazole on Candida albicans isolated in children with early childhood caries: An in vitro study. Scientifica. https://doi.org/10.1155/2016/7061587
Trisnawati E, Andesti D, Saleh A. (2013). Pembuatan kitosan dari limbah cangkang kepiting sebagai bahan pengawet buah duku dengan variasi lama pengawetan, Jurnal Teknik Kimia, 2(19), 17-