PSIKOLOGI PERKEMBANGAN MANUSIA DALAM PENDIDIKAN ISLAM
DOI:
https://doi.org/10.31764/ibtidaiy.v6i2.6300Keywords:
Psikologi perkembangan, Perkembangan manusia, Pendidikan Islam, Developmental psychology, Human development, Islamic education,Abstract
Abstrak:
Manusia merupakan makhluk yang berkembang, dan dalam perkembangannya lebih sempurna dibandingkan dengan makhluk yang lain. Manusia adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang paling mulia di antara makhluk ciptaan lainnya. Hal ini disebabkan karena manusia dilengkapi dengan semua pembawaan dan syarat-syarat yang diperlukan. Menurut Al-Qur’an, manusia pada tabiatnya adalah homo religious (makhluk beragama) yang sejak lahirnya telah membawa suatu kecenderungan beragama. Pendidikan Islam masa pranatal disebut juga dalam bahasa arab tarbiyah qabl al-wiladah, pendidikan pranatal adalah pendidikan sebelum masa melahirkan yang ditandai dengan fase pemilihan jodoh, pernikahan, dan kehamilan. kemudian berlanjut kepada fase pendidikan Islam masa pascanatal atau tarbiyah ba’da al-wiladah, pendidikan pascanatal yaitu pendidikan yang dimulai sejak lahirnya anak sampai mereka dewasa, bahkan sampai meninggal dunia yang kita kenal dengan sebutan pendidikan seumur hidup. Didalam rahim setiap janin terlindung dari semua pengaruh kondisi luar kecuali yang dapat sampai melalui ibu yang mengandungnya. Rasa aman dan perlindungan itu tidak akan pernah ditemui anak setelah ia lahir. Pendidikan pascanatal memiliki beberapa fase diantaranya: 1) Fase bayi, ialah fase kehidupan manusia terhitung dari saat kelahiran sampai kira-kira berumur dua tahun. Selama rentang waktu itu, kehidupan bayi biasanya sangat tergantung pada bantuan dan pemeliharaan pihak lain, terutama si ibu. Peranan ibu yang demikian besarnya terhadap si bayi itu tentu mempunyai arti tersendiri bagi pendidikannya. 2) fase kanan-kanak. 3) fase anak-anak. 4) fase remaja. 5) fase dewasa.
Â
Abstract:
 Humans are creatures that develop, and in their development are more perfect than other creatures. Humans are the noblest creatures created by Allah SWT among other creatures. This is because humans are equipped with all the necessary traits and conditions. According to the Qur'an, humans are homo religious by nature (religious beings) who from birth have brought a religious tendency. Prenatal Islamic education is also called in Arabic tarbiyah qabl al-wiladah, prenatal education is education before childbirth which is marked by the phase of choosing a mate, marriage, and pregnancy. then continues to the postnatal phase of Islamic education or tarbiyah ba'da al-wiladah, postnatal education, namely education that starts from the birth of children until they are adults, even until death which we know as lifelong education. In the womb of every fetus is protected from all influences from outside conditions except those that can reach through the mother who carries it. This sense of security and protection will never be met by a child after he is born. Postnatal education has several phases including: 1) Infancy phase, is the phase of human life starting from the time of birth until approximately two years old. During that time, the baby's life is usually very dependent on the help and care of others, especially the mother. The role of such a large mother to the baby certainly has its meaning for education. 2) right-child phase. 3) childhood phase. 4) adolescent phase. 5) adult phase.References
Alamsyah. (2015). ilmu-ilmu hadits (Ŭlūm al-Hadīś). CV. Anugrah Utama Raharja (AURA).
Bungin, B. (2011). Komunikasi,Ekonomi,Kebijakan Publik,dan Ilmu Sosial Lainnya. Kencana Prenada Media Group.
Creswell, J. W. (2010). Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed (3rd ed.). Pustaka Pelajar.
Darwin. (2018). Pengaruh Penguasaan Ilmu Tajwid dan Tahsin Terhadap hasil belajar Al-quran (Studi Kasus Pada Siswa Madrasah Aliyah Negri 1 Kendari Sulawesi Tenggara). Fikratuna, 9, 82–91.
Ishaq, A. H., & Nawawi, R. (2017). Ilmu Tajwid Dan Implikasinya Terhadap Ilmu Qira’Ah. Qof, 1(1), 15–24. https://doi.org/10.30762/qof.v1i1.926
Mappanyompa, M. M., & Mustapa Ali, M. A. M. A. (2017). Urgensi Penggunaan Multimedia Interaktif Terhadap Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Bahasa Arab Kelas Va Min Malang 2. Ibtida’iy : Jurnal Prodi PGMI, 2(2), 54. https://doi.org/10.31764/ibtidaiy.v2i2.1049
Mubarak, H. (2013). Upaya Guru Al-Qur’an Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Membaca Al-Qur’an Di Sdit Ukhuwah Banjarmasin. Jurnal Studia Insania, 1(1), 39. https://doi.org/10.18592/jsi.v1i1.1078
Mulyani, D., Pamungkas, I., & Inten, D. N. (2018). Al-Quran Literacy for Early Childhood with Storytelling Techniques. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2(2), 202. https://doi.org/10.31004/obsesi.v2i2.72
Nazir, M. (2014). Metode Penelitian. Penerbit Ghalia Indonesia.
Prastowo, A. (2011). No image available for this title Metode Penelitian Kualitatif (M. Sandra (ed.)). Ar-Ruzz Media.
Purba, A. (2019). Mendidik Anak dalam Mencintai al- Qur ’ an … Mendidik Anak dalam Mencintai al- Qur ’ an …. 08(02), 347–368.
Rahmi, E. (2019). Buku Modul Metodologi Pengajaran Al-Quran Hadis. Deepublish.
Satria, E., Tresnawati, D., & Nurvitrya, A. (2015). Pengembangan Aplikasi Pembelajaran Iqra’ dan Tajwid Berdasarkan Metode Asy-Syafi’i Menggunakan Sistem Multimedia. Jurnal Algoritma, 12(1), 74–81. https://doi.org/10.33364/algoritma/v.12-1.74
Shihab, Q. (2011). Membumikan Al-Qur’an (2nd ed.). Penerbit Lentera Hati.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Penerbit Alfabeta.
Sukmadinata, N. S. (2016). Metode penelitian pendidikan (11th ed.).
Usman, A., & Ansyari, H. (2016). Pelatihan Metode membaca Al- Qur’an Berbasis Qiraah Asy- Syafi’i bagi Mahasiswa FIK UNM. Prosiding Seminar Nasional, 408–412.