TRAINING AND ASSISTANCE FOR PROCESSING CORN INTO BISCUIT AS A SNACK WITH MARKETABLE VALUE
DOI:
https://doi.org/10.31764/jmm.v7i6.17618Keywords:
Training and Mentoring, Corn Processing, Corn Biscuits, Snack, Marketable Value.Abstract
Abstrak: Mitra tani belum mampu mengolah jagung menjadi biskuit sebagai camilan sehat bernilai jual, karena keterbatasan pengetahuan dan rendahnya penguasan teknologi pembuatan biscuit. Tujuan kegiatan untuk mengenalkan teknologi pengolahan jagung, meningkatkan kapabilitas mitra dalam aspek produksi biskuit jagung, organisasi dan manajemen demi peningkatan pendapatan mitra. Metode yang digunakan: penyuluhan, pelatihan, diskusi dan pendampingan mitra. Evaluasi menggunakan kuesioner tentang Teknik pembuatan biscuit jagung, manajemen, cita rasa biskuit yaitu uji organoleptik dan uji kesukaan konsumen. Hasilnya, pengetahuan peserta terkait pengolahan tepung jagung menjadi biscuit meningkat 98% dan keterampilan teknis meningkat 40%. Hasil pengujian organoleptik sediaan biscuit menunjukkan berwarna kuning kecoklatan dengan aroma khas susu, rasa khas biscuit jagung dan berbentuk padat. Uji kesukaan biskuit menunjukkan rasa sangat suka (24%), suka (65%) dan kurang suka (3%). Uji kerenyahan menunjukkan rasa renyah (86%), suka warna dan aroma (94%). Uji kekerasan menunjukkan lembut dikonsumsi (100%). Hasil kegiatan memberikan wawasan dan pengetahuan baru bagi mitra tentang cara pembuatan biskuit jagung sebagai makanan sehat yang bernilai jual.
Abstract: Farmers partners have not been able to process corn into biscuits as a healthy snack with marketable value, due to limited knowledge and low mastery of biscuit-making technology. The aim of the activity is to introduce corn processing technology, increase partner capabilities in aspects of corn biscuit production, organization and management in order to increase partner income. Methods used: counseling, training, discussions and partner assistance. Evaluation using a questionnaire regarding techniques for making corn biscuits, management, biscuit taste, namely organoleptic tests and consumer preference tests. As a result, participants' knowledge regarding processing corn flour into biscuits increased by 98% and technical skills increased by 40%. The organoleptic test results of the biscuit preparation showed that it was brownish yellow in color with a typical milk aroma, a typical taste of corn biscuits and a solid shape. The biscuit preference test showed that they liked it very much (24%), liked it (65%) and disliked it (3%). Crisp test showed crunchy taste (86%), liked color and aroma (94%). The hardness test shows that it is soft to consume (100%). The results of the activity provide new insight and knowledge for partners about how to make corn biscuits as a healthy food with marketable value.
References
Abidin, Z., Harini, T. S., Jati, H., & Jutomo, L. (2022). Training and mentoring for corn-based food processing in Sillu Village, Kupang. Community Empowerment, 7(4), 752–762. https://doi.org/10.31603/ce.5830
Abidin, Z., Harini, T. S., Jati, H., Jutomo, L., Puspitaningtyas, G. D. D., Wanno, S. W., Tamelab, M. A., Sanan, J. T., & Beti, M. J. (2022). Pemberdayaan Masyarakat Melalui Badan Usaha Milik Desa sebagai Sentra Produk Pangan Berbasis Jagung dan Mete. Yumary : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 2(4), 189–202. https://doi.org/ 10.35912/yumary.v2i4.952
Ammie, A., Bano, M., & Levis, L. . (2019). Analisis Nilai Tambah Diversifikasi Produk Olahan Jagung (Studi Kasus Pada Industri Rumah Tangga di Kota Kupang). Buletin Excellentia, VIII(20), 115–123.
Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Timur. (2022). Produksi Jagung menurut Kabupaten/Kota (Ton), 2019-2021. Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Timur. https://ntt.bps.go.id/indicator/53/1470/1/produksi-jagung-menurut-kabupaten-kota.html
Badan Standar Nasional. (2018). SNI 2973: 2018 Biskuit. BSN.
BPOM. (2022). Handbook Registrasi Pangan Olahan Biskuit, Kukis, Wafer & Krekers. BPOM RI.
Doyan, A., Garnasih, I., Garnasih, I., Algifaari, M. A., Alam, R. B., Hotimah, H., Apriana, N. B., Permatasari, W., Irmawati, I., Ariadi, A., & Pratiwi, A. (2020). Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengolahan Keripik Jagung (Zea Mays L.) dengan Bebrbagai Varian Rasa di Desa Babussalam, Kecamatan Gerung, Kabupaten Lombok Barat. Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA, 3(1), 62–67. https://doi.org/ 10.29303/jpmpi.v3i1.415
Husnan, Z., Arif. Tri Agustinus Harianja, Bagus Wahyutomo, C. N. S., Gifary, D. M., Pohan, E. N., Aziz, H. Al, Erlangga, H., & Muhammad, T. R. S. (2022). Diversifikasi Bahan Pangan Sebagai Strategi Ketahanan Pangan Di Indonesia. 1(1), 49–58.
Jati, H., & Astuti, I. (2022). Financial literacy training and introduction to SI APIK for the Darul Hijrah Madani bazaar group, Kolhua, Kupang. Community Empowerment, 7(5), 778–788. https://doi.org/10.31603/ce.5872
Karmila, Ervanianingsih, & Maryam, S. (2016). Formulasi Dan Evaluasi Biskuit Tepung Biji Alpokat (Persea semen) Sebagai Makanan Alternatif Penderita Diabetes Melitus. Warta Farmasi, 5(1), 2089–2712.
Murtiningsih, Latifah, & Andriyani. (2013). Kajian Kualitas Biskuit Jagung. Rekapangan: Jurnal Teknologi Pangan, 7(1), 111–122.
Musdalipah, Nurhikma, E., Sofyan, S., Rusli, N., Daud, N., Yusriani, L., & Alam, S. (2021). Pemanfaatan Daun Tawaloho Sebagai Makanan Sehat dalam Sediaan Biskuit Untuk Masyarakat Mekar Baru Sulawesi Tenggara. Jurnal Masyarakat Mandiri, 5(4), 2099–2108.
Musita, N. (2016). Kajian sifat organoleptik biskuit berbahan baku tepung jagung Ternikstamalisasi Dan Terigu. Jurnal Dinamika Penelitian Industri, 27(2), 110–118.
Nurhayati, Asnawati, Imron, S., Marianah, & Saputrayadi, A. (2020). Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Aplikasi Teknologi Pengolahan Dodol Nangka dan Susu Biji Nangka di Kabupaten Lombok Barat. Selaparang.Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan, 4(1), 522–528. https://journal.ummat.ac.id/ index.php/ jpmb/article/view/3321
Prasetyo, A. S., Ishartani, D., & Affandi, D. R. (2014). Pemanfaatan tepung jagung (Zea mays) sebagai pengganti terigu dalam pembuatan biskuit tinggi energi protein dengan penambahan tepung kacang merah (Phaseolus vulgaris). Jurnal Teknosains Pangan, 3(1), 15–25.
Prodi Teknologi Pangan, U. M. S. (2013). Modul Uji Organoleptik. In Universitas Muhammadiyah Semarang. Program Studi Teknologi Pangan Universitas Muhammadiyah Semarang. https://tekpan.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2014/03/ Uji-Organoleptik-Produk-Pangan.pdf
Sinay, H., Gysberthus, Y., & Kakisina, S. (2022). Pelatihan Diversifikasi Pangan Lokal Berbahan Dasar Jagung Untuk Menunjang Pembelajaran Prakarya Bagi Guru Sma Negeri 3 Seram Barat. PAKEM: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 2(2), 150–159.
Suarni. (2009). Prospek pemanfaatan tepung jagung untuk kue kering (cookies). Jurnal Litbang Pertanian, 28(2), 63–71. http://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/1 23456789/26096/1/prosiding_seminar_teknologi_inovatif_pascapanen-45.pdf
Usman, U., Hapsari, V. R., & Sumarni, M. L. (2022). Pelatihan Pengembangan Produk Jagung sebagai Makanan Ringan yang Bernilai Jual. GERVASI: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 6(3), 924–933.
Wicaksono, A. P. N., & Soelistyo, A. (2020). IBM - Diversifikasi Produk Jagung Menjadi Produk Puding Jagung dan Ice Cream Jagung. ETHOS: Jurnal Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat, 8(2), 212–220. https://doi.org/10.29313/ ethos.v8i2.5447
Downloads
Published
Issue
Section
License
Authors who publish articles in JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri) agree to the following terms:
- Authors retain copyright of the article and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a CC-BY-SA or The Creative Commons Attribution–ShareAlike License.
- Authors are able to enter into separate, additional contractual arrangements for the non-exclusive distribution of the journal's published version of the work (e.g., post it to an institutional repository or publish it in a book), with an acknowledgment of its initial publication in this journal.
- Authors are permitted and encouraged to post their work online (e.g., in institutional repositories or on their website) prior to and during the submission process, as it can lead to productive exchanges, as well as earlier and greater citation of published work (See The Effect of Open Access).