PEMANFAATAN DAUN TAWALOHO SEBAGAI MAKANAN SEHAT DALAM SEDIAAN BISKUIT UNTUK MASYARAKAT MEKAR BARU SULAWESI TENGGARA

Authors

  • Musdalipah Musdalipah Politeknik Bina Husada Kendari
  • Eny Nurhikma Politeknik Bina Husada Kendari
  • Suhikma Sofyan Politeknik Bina Husada Kendari
  • Nirwati Rusli Politeknik Bina Husada Kendari
  • Nursaadah Daud Politeknik Bina Husada Kendari
  • Lilis Yusriani Politeknik Bina Husada Kendari
  • Syamsu Alam Universitas HaluOleo

DOI:

https://doi.org/10.31764/jmm.v5i4.5132

Keywords:

Tawaloho leaves, Biscuits, Kedondong Leaves

Abstract

Abstrak: Daun tawaloho, atau daun kedondong hutan digunakan masyarakat Mekar Baru untuk menambah cita rasa pada masakan. Daun kedondong hutan tumbuh di sebagian pekarangan rumah masyarakat. Informasi terkait kandungan kimia dan farmakologi pada tumbuhan belum banyak diketahui oleh masyarakat. Daun kedondong hutan memiliki aktivitas antioksidan, antidiabetes, antihipertensi, anticancer dan antikolesterol. Tujuan kegiatan ini dilakukan sebagai salah satu pengabdian kepada masyarakat dalam rangka pemanfaatan daun tawaloho sebagai biskuit makanan sehat. Metode kegiatan dilakukan dengan sosialisasi pembuatan biskuit tawaloho pada 50 orang masyarakat Mekar Baru. Adanya pandemik covid 19, kegiatan dilakukan secara terbatas pada beberapa rumah warga yang cukup luas. Evaluasi kegiatan dilakukan dengan pemberian kuesioner tentang cita rasa biskuit meliputi uji organoleptik dan uji kesukaan (bau dan warna), kerenyahan, dan kekerasan biskuit. Hasil kegiatan menunjukkan masyarakat Mekar Baru sangat antusias mengikuti pembuatan biskuit tawaloho. Hasil pengujian organoleptik sediaan biskuit menunjukkan berwarna kuning kecoklatan dengan aroma bau khas susu, rasa khas biskuit dan berbentuk padat. Uji kesukaan pada biskuit menunjukkan rasa suka (90%) dan tidak suka (10%). Uji kerenyahan menunjukkan rasa renyah (94%) dan tidak renyah (6%). Pada uji kekerasan menunjukkan rasa keras pada biskuit (0%) dan lembut dikonsumsi (100%). Hasil kegiatan memberikan wawasan dan pengetahuan baru bagi masyarakat tentang cara pengolahan daun tawaloho dalam sediaan biskuit yang dapat dijadikan makanan sehat.


Abstract:  Tawaloho leaves or forest kedondong leaves are used by the Mekar Baru community to add flavor to dishes. The leaves of the forest kedondong grow partly in the yards of people's homes. Information related to chemical and pharmacology in plants is not widely known by the public. Forest kedondong leaves have antioxidant, antidiabetic, antihypertensive, anticancer and anticholesterol activities. This goal is carried out as one of the community services in the context of utilizing tawaloho leaves as healthy food biscuits. The method of activity was carried out by socializing the making of tawaloho biscuits to 50 people from the Mekar Baru community. Due to the COVID-19 pandemic, the activities carried out are limited to a number of residents' houses which are quite large. The evaluation was done by giving a questionnaire about biscuits taste including organoleptic and preference tests (smell and color), crunchiness, and hardness of biscuits. The results of the activity showed that the people of Mekar Baru were very enthusiastic in participating in the making of tawaloho biscuits. The results of organoleptic testing of biscuit preparations showed a brownish yellow color with a distinctive smell of milk, a distinctive taste of biscuits, and a solid form. The liking test on biscuits showed likes (90%) and dislikes (10%). The crispness test showed crunchy (94%) and not crunchy (6%). In the hardness test, the biscuits tasted hard (0%) and soft (100%). The results of the activity are new insights and knowledge for the community about how to process tawaloho leaves in biscuit preparations that can be used as healthy food.

References

Attanayake, A. P., Jayatilaka, K. a. P. W., Pathirana, C., & Mudduwa, L. K. B. (2015). Toxicological investigation of Spondias pinnata (Linn. F.) Kurz. (Family: Anacardiaceae) bark extract in Wistar rats. International Journal of Green Pharmacy, 9(1), 26–31. https://doi.org/10.4103/0973-8258.150918

Badan Standarisasi Nasional). (2011). Biskuit (BSN, Ed.; 1st ed.). BSN.

Ghate, N. B., Hazra, B., Sarkar, R., & Mandal, N. (2014). In vitro anticancer activity of Spondias pinnata bark on human lung and breast carcinoma. Cytotechnology, 66(2), 209–218. https://doi.org/10.1007/s10616-013-9553-7

Karmilah, Ervianingsih, & Maryam, S. (2016). Formulasi dan evaluasi biskuit tepung biji (Persea semen) sebagai makanan alternatif penderita diabetes melitus. J. Warta Farmasi, 5(1), 37–49. https://doi.org/10.46356/wfarmasi.v5i2.35

Kustanti, I. H., Rimbawan, & Furqon, L. A. (2017). Formulasi Biskuit Rendah Indeks Glikemik (Batik) Dengan Subtitusi Tepung Pisang Klutuk (Musa Balbisiana Colla) Dan Tepung Tempe. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan, 6(1), 12–18. https://doi.org/10.17728/jatp.217

Lihiang, A., & Sasinggala, M. (2018). Pelatihan Pembuatan Tepung Pisang Goroho (Musa acuminata, SP) dan Cara Pembuatan Kue Biskuit dari Tepung Pisang Goroho. Edupreuner, I(3), 1–12. https://doi.org/10.36412/edupreneur.v1i3.719.g656

Musdalipah, M., Lalo, A., Saadah Daud, N., Nurhikmah, E., Yusuf, M. I., Jabbar, A., & Malik, F. (2018). Pemberdayaan Masyarakat Tentang Swamedikasi Melalui Edukasi Gema Cermat dengan Metode CBIA. Dinamisia, 2(1), 106–112. https://doi.org/10.31849/dinamisia.v2i1.1085

Musdalipah, M., & Tee, S. A. (2018). Analisis Efektivitas Biaya Obat Alprazolam dan Diazepam pada Pasien Depresi di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sulawesi Tenggara. Jurnal iImiah Ibnu Sina, 3(2), 252–260. https://doi.org/10.36387/jiis.v3i2.175

Musdalipah, M., Tee, S. A., Karmilah, K., Sahidin, S., Fristiohady, A., & Yodha, A. W. M. (2021). Total Phenolic and Flavonoid Content, Antioxidant, and Toxicity Test with BSLT of Meistera chinensis Fruit Fraction from Southeast Sulawesi. Borneo Journal of Pharmacy, 4(1), 6–15. https://doi.org/10.33084/bjop.v4i1.1686

Nasrun, Hasfita, F., & M.Rizal. (2013). Studi Pemanfaatn Kulit Pisang Kepok (Musa paradisiaca) Sebagai Bahan Baku Pembuatan Asam Oksalat. Jurnal Teknologi Kimia Unimal, 2(November), 31–41.

Rachmawati, Novita, R., & Miko, A. (2016). Karakteristik Organoleptik Biskuit Berbasis Tepung Labu Kuning (Cucurbita moschata), Tepung Kacang Koro (Mucuna prurien), dan Tepung Sagu (Metroxilon sago). Indonesian Journal of Human Nutrition, 3(1), 91–97. https://doi.org/10.21776/ub.ijhn.2016.003.Suplemen.10

Sameh, S., Al-Sayed, E., Labib, R. M., & Singab, A. N. (2018). Genus Spondias A Phytochemical and Pharmacological Review. Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine, 2018(5382904), 1–13. https://doi.org/10.1155/2018/5382904

Sari, D. P., Rahayu, A., Mukti, A. W., & Suwarso, L. M. I. (2021). Sosialisasi Kepatuhan Protokol Kesehatan Sebagai Upaya Pencegahan Penularan COVID-19. Jurnal Masyarakat Mandiri, 5(3), 828–835. https://doi.org/10.31764/jmm.v5i3.4307

Sukoco, A., & Handayani, S. (2020). Pelatihan Proses Pembuatan Biskuit dari Tepung Pepaya dan Pisang di Desa Silo, Jember. Jurnal Pengabdian Masyarakat J-DINAMIKA, 5(1), 10–14. https://doi.org/10.25047/j-dinamika.v5i1.1206

Syarfaini, Satrianegara, M. F., & Alam, S. (2017). Analisis Kandungan Zat Gizi Biskuit Ubi Jalar Ungu ( Ipomoea batatas L . Poiret ) Sebagai Alternatif Perbaikan Gizi Di Masyarakat. Public Health Science Journal, 9(2), 138–152. https://doi.org/10.24252/as.v9i2.3763.

Downloads

Published

2021-08-30

Issue

Section

Articles