PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGANYAM KERAJINAN BAMBU UNTUK MENCIPTAKAN DIVERSIFIKASI PRODUK UNGGULAN

Authors

  • Desak Nyoman Sri Werastuti Jurusan Ekonomi dan Akuntansi, FE, Universitas Pendidikan Ganesha, Bali

DOI:

https://doi.org/10.31764/jmm.v6i1.6418

Keywords:

bamboo craft, weaving, diversification, superior product

Abstract

Abstrak: Tujuan dari kegiatan PKM ini adalah untuk meningkatkan keterampilan menganyam kerajinan bambu pada kelompok pengerajin Pandan Harum di Desa Selat. Di desa ini, terdapat potensi hutan bambu yang belum dimanfaatkan secara maksimal melalui penciptaan produk kerajinan yang bernilai tambah. Permasalahan yang dialami yaitu belum memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam menghasilkan kerajinan berbahan dasar bambu. Metode pelaksanaan yang digunakan adalah metode PALS dengan tahapan-tahapan kegiatan, yakni persiapan kelompok pengerajin agar memahami kondisi dan potensi hutan bambu di Desa Selat, serta upaya inovatif yang dapat dilakukan untuk meningkatkan penghasilan. Kedua, tahap pelibatan partisipasi aktif seluruh anggota kelompok pengerajin untuk membangun, mengelola, dan membesarkan usaha produktifnya. Ketiga, tahap pendampingan aktivitas anggota kelompok mitra dalam memberdayakan dirinya secara berkelanjutan. Pada tahap ini juga dilakukan evaluasi sebelum produk dipasarkan. Hasil yang diperoleh adalah pertama, kapasitas produksi meningkat sebesar 23%. Kedua, kelompok pengerajin telah berhasil menguasai penganyaman kerajinan bambu berupa sokasi. Ketiga, segmen pasar juga diperluas, tidak hanya di Buleleng saja tapi di seluruh Bali.

Abstract: Bamboo handicraft business can increase farmers' income and increase income distribution so as to reduce social inequality in rural areas. In Selat Village, there is a potential for bamboo forests that has not been fully utilized through the creation of value-added handicraft products. The problem experienced is that they do not have the knowledge and skills in producing handicrafts made from bamboo. The implementation method used is the PALS method with stages of activity, namely first to raise the awareness of the craftsman group to understand the condition and potential of the bamboo forest in Selat Village, as well as innovative efforts that can be made to increase income. Second, the stage of involving the active participation of all members of the craftsman group to build, manage, and grow their productive businesses. Third, the stage of overseeing the activities of partner group members in empowering themselves in a sustainable manner. At this stage an evaluation is also carried out before the product is marketed. The results obtained are first, production capacity increased by 23%. Second, the craftsmen group has succeeded in mastering the weaving of bamboo crafts. Third, the market segment is also expanded, not only in Buleleng but throughout Bali.

References

Arsad, E. (2015). Teknologi pengolahan dan manfaat bambu. Jurnal Riset Industri Hasil Hutan, 7(1), 45-52.

Bahrudin, A., Wahyono, Widdiyanti, Minawati, R., & Yandri. (2020). Peningkatan Kemampuan Pembuatan Desain Produk Anyaman Rotan pada Kelompok Pusat Kerajinan Anak Nagari, Nagari Guguak Malalo, Kecamatan Batipuh Selatan, Kabupaten Tanah Datar. E-Dimas, 11(4), 468–477.

Gunardja, E. (2015). Strategi Penelitian Bambu. Rubrik Tinjauan Pustaka. Jurnal PPT, I(4).

Iqbal, et al. (2014). Nilai ekonomi total sumberdaya bambu (Bambuseae sp.) di Kecamatan Sajira, Kabupaten Lebak, Banten. Jurnal Penelitian Sosial Dan Ekonomi Kehutanan, 3.(2), 91–105.

Kusumawati, E. (2019). Minat Beli Produk Ramah Lingkungan Sebagai Dampak dari Implementasi Green Advertising. Jurnal Kajian Ilmiah, 19(1), 58-65.

Mayoux, L. (2005). Participatory Action Learning System (PALS): Impact assessment for civil society development and grassroots-based advocacy in Anandi, India. Journal of International.

Muhtar, D., Sinyo, Y., & Ahmad, H. (2018). Pemanfaatan Tumbuhan Bambu Oleh Masyarakat Di Kecamatan Oba Utara Kota Tidore Kepulauan. Jurnal Saintifik, 1(1), 38–48.

Startup, & Bisnis. (2019). Peluang Bisnis Jual Kerajinan Tradisional. https://idcloudhost.com/peluang-bisnis-jual-kerajinan-tradisional/

Statistik, B. P. (2010). Bali Dalam Angka 2010.

Sulastiningsih. (2014). Peningkatan Daya Tahan Bambu Dengan Proses Pengasapan untuk Bahan Baku Kerajinan. Jurnal Riset Industri Hasil Hutan, 6(2).

Sulastiningsih, I., & Santoso, M. (2012). Pengaruh Jenis Bambu Waktu Kempa dan Perlakuan Pendahuluan Bilah Bambu terhadap Sifat Papan Bambu Lamina. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, 30(3), 198–206.

Sulistyono, S., Karyaningsih, I., & Nugraha, A. (2018). Keanekaragaman Jenis Bambu Dan Pemanfaatannya Di Kawasan Hutan Gunung Tilu Desa Jabranti Kecamatan Karangkencana Kabupaten Kuningan. Wanaraksa, 10(2).

Syukur, M. (2017). Kerajinan Tangan Hasil Pengolahan Tumbuhan Hutan Oleh Masyarakat Desa Nibung Kecamatan Selimbau Kabupaten Kapuas Hulu. PIPER, 13(24), 96–110.

Wartanta. (2018). Peran Usaha Kerajinan Anyaman Bambu dalam Meningkatkan Pendapatan Petani di Kecamatan Minggir, Sleman. Program Sarjana Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada.

Widjaja, E., & Karsono. (2014). Keanekaragaman bambu di Pulau Sumba. Jurnal Biodiversitas, 6(2), 92–99.

Widjaja, EA. (2011). Identifikasi Jenis-jenis Bambu di Kepulauan Sunda Kecil. Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi, LIPI, Bogor, Indonesia.

Yuliatiningsih, R. (2015). Kontribusi Usaha Kerajinan Anyaman Bambu pada Kesempatan Kerja, Pendapatan, dan Distribusi Pendapatan Petani di Desa Selang Kecamatan Wonosari Kabupaten Gunungkidul. Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada.

Published

2022-02-13

Issue

Section

Articles