Pemilihan Jenis Tanaman Prioritas dalam Kegiatan Rehabilitasi Kawasan Hidrologis Gambut
DOI:
https://doi.org/10.31764/am.v3i1.13007Keywords:
pemilihan jenis, tanaman, rehabilitasi, revegetasi, lahan gambutAbstract
Abstract: Â The hydrological peatland area must be rehabilitated through various mechanisms, one of which is plant revegetation. The selection of priority plant species is a important factor in determining the success of peatland rehabilitation activities. This activity aims to increase understanding and skills for partners in determining priority plants for revegetation activities. The selected partner was the Pulantani Desa Peatland Caring Community Group in Haur Gading District, Hulu Sungai Utara Regency, South Kalimantan. The method used were through counseling, discussion and practice in the field. Evaluation were conducted on attitudes, understanding of the material and mastery of skills. The results of the service showed that the evaluation value of the participants' attitudes in the service activity is 80% (very good), understanding of the material is 90% (very good) and mastery of skills is 90% (very good). The revegetation land environment around the participants also helped to absorb the relatively high mastery of the material and skills offered
Abstrak: Kerusakan kawasan hidrologis gambut harus direhabilitasi dengan berbagai mekanisme, salah satunya adalah revegetasi tanaman. Pemilihan jenis tanaman prioritas menjadi salah satu faktor penting dalam menentukan keberhasilan kegiatan rehabilitasi gambut. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan bagi mitra dalam menentukan tanaman prioritas untuk kegiatan revegetasi. Mitra yang dipilih adalah Kelompok Masyarakat Perduli Gambut (KMPG) Desa Pulantani Kecamatan Haur Gading Kabupaten Hulu Sungai Utara Kalimantan Selatan. Metode yang digunakan adalah melalui kegiatan penyuluhan, urun rembug dan praktik di lapangan. Evaluasi dilakukan terhadap sikap, pemahaman terhadap materi dan penguasaan keterampilan. Hasil kegiatan pengabdian menunjukkan bahwa nilai evaluasi sikap peserta dalam kegiatan pengabdian adalah 80% (sangat baik), pemahaman terhadap materi adalah 90% (sangat baik) dan penguasaan keterampilan adalah 90% (sangat baik). Lingkungan lahan revegetasi yang berada di sekitar peserta juga membantu daya serap yang relatif tinggi terhadap penguasaan materi dan keterampilan yang ditawarkan.
References
Badan Pusat Statistik Hulu Sungai Utara. (2021). Kabupaten Hulu Sungai Utara dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten Hulu Sungai Utara Kalimantan Selatan.
Bruenig EF. 1995. Conservation and management of tropical rain forest: an integrated approached to sustainability. CAB International.
Dohong, Alue & Aziz, Ammar Abdul & Dargusch, Paul (2017). "A review of the drivers of tropical peatland degradation in South-East Asia," Land Use Policy, Elsevier, 69(C), 349-360. DOI: http://dx.doi.org/10.1016/j.landusepol.2017.09.035
Haridison A. & Kaharap A.E. (2022). Pendampingan Pengelolaan Lahan Gambut tanpa Bakar di Desa Kalumpang, Kecamatan Mentangai,
Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah. Jurnal Panrita Abdi, 6 Issue 1, 62-70.
Kissinger, Zuhud EAM, Darusman LK, Siregar IZ. (2013). Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Obat dari Hutan Kerangas. Jurnal Hutan Tropis. 1 (1), 17-23. DOI: http://dx.doi.org/10.20527/jht.v1i1.1479
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (2016). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 57 tahun 2016 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Gambut. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Republik Indonesia
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. (2017). Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No 130 Tahun 2017 tentang Penetapan Peta Fungsi Ekosistem Gambut Nasional. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Republik Indonesia
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (2018). Keputusan Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Nomor 40 Tahun 2018 Tentang Penetapan Status Kerusakan Ekosistem Gambut. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Republik Indonesia
Mardhatillah R., Pamoengkas P. & Istomo. (2019). Rehabilitasi Lahan Gambut Melalui Pengayaan Jenis Di Areal Tanaman Kelapa Sawit Bekas Terbakar. Media Konservasi. 24(1), 60-67.
Muhayah R. & Asysyfa. 2021. Biaya Revegetasi Gambut Berdasarkan Karakteristik Spesifik Lahan Gambut. Jurnal Hutan Tropis. 9(2), 454-463. DOI: http://dx.doi.org/10.20527/jht.v9i2.11297
Ndraha, T. (2005). Teori Budaya Organisasi. PT. Rineka Cipta. Jakarta
Nurdiyanto, N., Winasis, A., & Mulyono, H. (2020). Pendampingan Program Penghijauan Daerah Resapan Bendungan Setu Patok Kabupaten Cirebon. Syntax Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 5(4), 178-184. DOI: http://dx.doi.org/10.36418/syntax-literate.v5i4.1081
Ramdhan, M., & Siregar, Z. A. (2018). Pengelolaan wilayah gambut melalui pemberdayaan masyarakat desa pesisir di kawasan hidrologis gambut Sungai Katingan dan Sungai Mentaya Provinsi Kalimantan Tengah. Jurnal Segara, 14(3), 145-157
Siagian SP. (2004). Teori Motivasi dan Aplikasinya. PT Rineka Cipta. Jakarta
Sumarga, E. (2017). Spatial indicators for human activities may explain the 2015 fire hotspot distribution in Central Kalimantan Indonesia. Tropical Conservation Science, 10, 1940082917706168
Supriadi, N. & Jamaluddin, W. Z. (2021). Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pelatihan Desain Kerajinan Kulit Kerang untuk Meningkatkan Perekonomian Rumah Tangga, Jurnal Panrita Abdi, 5(1), 41-50.
Tata M.H. Lestari & Pradjadinata S. (2013). Regenerasi Alami Hutan Rawa Gambut Terbakar dan Lahan Gambut Terbakar di Tumbang Nusa, Kalimantan Tengah dan Implikasinya Terhadap Konservasi. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. 10 (3), 327-342. DOI: https://doi.org/10.20886/jphka.2013.10.3.327-342
Triadi Budi L. (2020). Restorasi Lahan Rawa Gambut melalui Metode Pembasahan (Sekat Kanal) dan Paludikultur. Jurnal Sumber Daya Air .16 (2), 103 – 118