Pemertahanan Bahasa Sasak dalam Istilah Pertanian pada Komunitas Petani Adat Bayan, Lombok Utara
DOI:
https://doi.org/10.31764/telaah.v7i2.10485Keywords:
Pemertahanan, Istilah Pertanian pada Komunitas Petani Adat Bayan Lombok Utaraâ€Abstract
Abstrak: Pergeseran bahasa berarti, suatu guyup (komunitas) meninggalkan suatu bahasa sepenuhnya untuk memakai bahasa lain. Bila pergeseran sudah terjadi, para warga guyup itu secara kolektif memilih bahasa baru. Dalam pemertahan bahasa, guyup itu secara kolektif menentukan untuk melanjutkan pemakaian bahasa yang sudah bisa dipakai. Ketika guyup tutur mulai memilih bahasa baru di dalam ranah yang semula diperuntukkan bagi bahasa lama, hal itu merupakan tanda bahwa pergeseran bahasa sedang berlangsung. Wacana ritual melong pare bulu (WRMPB)komunitas petani adat Bayan, Lombok Utara merupakan wujud performansi lingual pada seperangkat kegiatan penanaman padi tradisional yang didasarkan pada tradisi. Penentuan subjek penelitian dilakukan dengan teknik Purposive Sampling, yaitu mamakai sampel penelitian; tokoh adat ritual melong pare bulu, kiayi, dan kepala lingkungan setempat. Pemertahanan bahasa Sasak dalam istilah pertanian, yaitu (1) ritual meleong pare bulu ‘penanaman padi tradisional’ dalam penggunaanya telah mengalami pergeseran pada tataran makna; (2) istilah pertanian dalam ritual meleong pare bulu ‘penanaman padi tradisional’ banyak istilah yang tidak digunakan sejalan dengan tidak dilaksanakannya ritual tersebut. Menggali hubungan pergeseran dan pemertahanan bahasa, dapat dikatakan bahwa bahasa Sasak dalam istilah pertanian pada komunitas petani adat Bayan, Lombok Utara tidak dapat dipertahankan oleh penuturnya sebagaimana tidak dapat dipertahankannya budaya ritual meleong pare bulu ‘penanaman padi tradisional’ pada kehidupan budaya pertanian masyarakat setempat.
Abstract: Language shift means, a community leaves a language entirely to use another language. When the shift had occurred, the residents collectively chose a new language. In language preservation, it collectively determines to continue the use of language that can already be used. When speechmakers begin to choose a new language within the realm originally reserved for the old language, it is a sign that a language shift is underway. The discourse of the meleong pare bulu ritual of the Bayan indigenous farming community, North Lombok is a form of lingual performance on a set of traditional rice planting activities based on tradition. The determination of the research subject was carried out using the purposive sampling technique, which is a research sample; traditional figures of the ritual meleong pare bulu, kiayi, and the head of the local neighborhood. The preservation of the Sasak language in agricultural terms, namely: (1) the ritual of meleong pare bulu 'traditional rice planting' in its use has undergone a shift in the level of meaning; (2) the term agriculture in the meleong pare feather ritual 'traditional rice planting' many terms are not used in line with the non-implementation of the ritual. Exploring the relationship of language shifting and maintaining, it can be said that the Sasak language in agricultural terms in the indigenous farming community of Bayan, North Lombok cannot be maintained by its speakers as the untenable ritual culture of meleong pare bulu 'traditional rice planting' in the agricultural cultural life of the local people.
Â
References
Chaer, A dan Leony A. 2010. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal.Jakarta: Rineka Cipta.
Mahsun, 2005. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Mardalis. 1989. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi Aksara.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Depdiknas. 1993. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan Secara Linguis, Seri ILDEP. Yogyakarta: Duta Wacana Press.
Sugiyono. 2010. Metode Peneliitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta
Sumarsono. 1993. Pemertahanan Bahasa Melayu Loloan di Bali. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
----------------2008. Sosiolinguistik. Yogyakarta: Sabda.
http://ozzi99oke.blogspot.com/2011/04/pemertahanan-bahasa_30.html. Diakses tanggal 12 Desember 2012.