Realitas Bahasa Bali di Lombok Terkini
DOI:
https://doi.org/10.31764/telaah.v5i1.1681Keywords:
Pemakaian BB, ketidakbertahanan, kebanggaan ber-BBAbstract
Abstrak: Makalah ini menelaah pemakaian Bahasa Bali (BB) pada masyarakat Bali di Pulau Lombok terkini. Penelitian ini dilakukan berdasarkan fenomena menurunnya pemakaian bahasa daerah sebagai bahasa pertama yang tergerus akibat intensifnya pemakaian bahasa kedua. Penentuan subjek penelitian digunakan teknik purposive sampling dan informan ditetapkan dengan cara sowball sampling dengan jumlah berdasarkan batas titik jenuh. Dalam pengumpulan data digunakan teknik angket dan wawancara, kemudian diolah dengan analisis kuantitatif dan kualitatif. Hasilnya menunjukkan bahwa rerata pemakaian BB di Lombok baik dalam keluarga maupun di luar rumah (masyarakat) untuk kalangan orang tua dan generasi muda di desa masih bertahan dengan angka 74,9%, di kota homogin 54,5%, dan kota hiterogin 16%. Artinya, Pemakaian BB di Lombok mengalami proses ketidakbertahanan dibandingkan pemakaiannya di desa dengan di kota lebih-lebih di daerah hiterogin. Meski demikian, realitas pemakaian BB di Lombok terkini pada kegiatan upacara agama, upacara adat, seni budaya, dan di kalangan ormas Hindu rata-rata mencapai 63,3%.
Â
Abstract: This paper examines the use of Balinese (BB) in the most recent Balinese community on the island of Lombok. This research was conducted based on the phenomenon of the decline in the use of regional languages as the first language eroded due to the intensive use of second languages. Determination of the research subject used purposive sampling technique and the informant was determined by sowball sampling with the amount based on the saturation point limit. In the data collection used questionnaire and interview techniques, then processed with quantitative and qualitative analysis. The results show that the average BB usage in Lombok, both in the family and outside the home (community) for the elderly and young people in the village, still stands at 74.9%, in homogeneous cities 54.5%, and hiterogin cities 16%. That is, the use of BB in Lombok experiences a process of insecurity compared to its use in villages with cities more or less in the hiterogin area. However, the reality of the current use of BB in Lombok in the activities of religious ceremonies, traditional ceremonies, arts and culture, and among Hindu mass organizations on average reaches 63.3%.
References
Agung, AA.K. 1991 Kupu-Kupu Kuning yang aterbang di Selat Lombok. Denpasar: Upada Sastra.
Dep. P dan K. 1978. Sejarah Daerah Nusa Tenggara Barat. Jakarta: Pulit Sejarah dan Budaya.
Depdikbud. Babad Lombok: Transkripsi Museum Negeri Mataram.
Giri, MN. 2013. Teori Strukturalisme. BY-NC. DOC, PDF, TXT
Manshur, FM. 2019. Kajian Teori Formalisme dan Strukturalisme. Sasdaya, Vol. 3No. 1 Februari. Yogyakarta: UGM
Salam, S. 1992. Lombok Pulau Perawan: Sejarah dan Masa Depannya. Jakarta: Kuning Mas.
Sudika, IN. 1998. “Isolek Bali di Lombok: Kajian Dialektologi Diakronisâ€. Thesis di Universitas Udayana Denpasar.
Zakaria, F. 1998. Mozaik Budaya Orang Mataram.
Mataram: Yayasan â€Smurmas Al Hamidyâ€.